Kredit Foto: Forbes.com
Deretan saham emiten milik konglomerat Prajogo Pangestu terus menarik perhatian pasar modal Indonesia. Performa gemilang emiten seperti PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), hingga pendatang baru PT Cipta Daya Inovasi Asia Tbk (CDIA) menjadikan Grup Barito sebagai tolok ukur baru kesuksesan penawaran umum perdana saham (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
CDIA mencetak rekor dalam IPO dengan melepas 12,48 miliar saham seharga Rp190 per saham, meraup dana sebesar Rp2,37 triliun. Penawaran saham perdana ini mengalami kelebihan permintaan (oversubscription) hingga 400 kali, dengan total minat mencapai sekitar Rp30 triliun.
Kinerja ini mengikuti jejak sukses emiten Barito lainnya. BREN sebelumnya menghimpun dana Rp3,13 triliun dalam IPO yang kelebihan permintaan lebih dari 135 kali, dan kini mencatat kapitalisasi pasar terbesar di BEI senilai Rp1.400 triliun. Sementara induk usaha CDIA, TPIA, masuk ke dalam indeks MSCI Global Standard dengan valuasi Rp787 triliun.
Baca Juga: Setelah BREN dan CUAN, Kini CDIA! Tangan Dingin Prajogo Pangestu Bikin Investor Kepincut
Adapun emiten lainnya, CUAN, telah mencatat lonjakan harga saham lebih dari 4.700% sejak melantai di bursa pada Maret 2023. Saham PT Petrosea Tbk (PTRO) dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT) juga menunjukkan performa stabil dan menarik bagi investor jangka panjang, dengan BRPT membukukan kapitalisasi pasar di atas Rp125 triliun.
Fenomena "saham gacor" dari grup usaha Prajogo memicu perbincangan di kalangan pelaku pasar, terkait kemungkinan replikasi strategi IPO ini oleh grup bisnis lain. Menurut Analis Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, kekuatan utama grup ini adalah komitmen terhadap tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance atau GCG).
"Kalau komitmen menerapkan GCG secara efektif, tentunya saham semakin likuid," ujar Nafan, Kamis (10/7/2025).
Baca Juga: Demi Dukung Target 8% Prabowo, Anak Prajogo Pangestu Turun Gunung Kawal Listing CDIA di Bursa
Senada, Senior Equity Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas, menyebut keberhasilan IPO emiten grup Barito tidak lepas dari empat faktor kunci: narasi besar yang relevan, reputasi konglomerat yang kuat, struktur kepemilikan dengan free float kecil, serta pemilihan waktu IPO yang tepat.
“Meski pendekatan ini bisa dicoba oleh grup lain, tapi eksekusinya yang presisi dan terencana membuatnya sulit disaingi,” jelas Sukarno.
Dengan rekam jejak IPO yang nyaris sempurna, grup Prajogo kini dianggap sebagai acuan baru dalam pelaksanaan penawaran saham perdana di Indonesia. Namun, para analis mengingatkan bahwa fondasi bisnis yang kuat dan reputasi jangka panjang tetap menjadi prasyarat utama keberhasilan strategi ini.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: