Kredit Foto: Ist
PT Perkebunan Nusantara I (PTPN I) menegaskan bahwa penguatan sumber daya manusia (SDM) menjadi kunci dalam mendorong pertumbuhan bisnis dan membangun keunggulan kompetitif perusahaan di pasar pascamerger sembilan entitas PTPN.
Direktur Utama PTPN I, Teddy Yunirman Danas, menyatakan bahwa sejak transformasi PTPN Group dilakukan awal 2024, pembenahan SDM menjadi fokus utama untuk menyatukan budaya kerja yang berbeda serta memaksimalkan potensi karyawan sebagai penggerak utama roda bisnis.
“Ketika dilakukan merger dari sembilan perusahaan dengan budaya berbeda, yang pertama dibenahi adalah SDM-nya, karena memiliki potensi besar bagi perusahaan,” ujarnya dalam acara penghargaan Indonesia Best Employee Engagement 2025, Rabu (10/7/2025).
Baca Juga: Masuk Pasar Global, PTPN I Ekspor Perdana Teh Malabar ke Taiwan
Menurut Teddy, keterlibatan karyawan (employee engagement) tidak hanya membentuk identitas merek, namun juga memberikan dampak signifikan terhadap kinerja finansial dan reputasi perusahaan. Ia menilai bahwa engagement yang kuat akan menciptakan budaya kerja positif, meningkatkan loyalitas internal, serta menjadi pendorong utama pertumbuhan berkelanjutan.
Konferensi ini merupakan bagian dari program tahunan yang diselenggarakan oleh SWA Media Group bersama Business Digest. PTPN I mendapatkan penghargaan Indonesia Best Employee Engagement 2025 dengan predikat excellent pada acara tersebut.
Baca Juga: Gandeng BKKBN, PTPN I Luncurkan Program Cegah Stunting di Bandung
Di tempat terpisah, Sekretaris Perusahaan PTPN I, Aris Handoyo menegaskan bahwa keterlibatan aktif karyawan dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi kebijakan korporasi telah menjadi praktik utama di PTPN I.
“Hal ini memupuk rasa bangga dan memiliki terhadap perusahaan, yang pada akhirnya menciptakan employee engagement yang solid,” katanya.
Transformasi organisasi yang menitikberatkan pada penguatan peran SDM ini sejalan dengan tren global yang menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat employee engagement tinggi memiliki produktivitas lebih tinggi serta risiko turnover lebih rendah. Praktik ini juga memperkuat kemampuan perusahaan dalam menghadapi tekanan pasar dan mendorong daya saing jangka panjang di sektor agroindustri nasional.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Annisa Nurfitri