Kredit Foto: Istimewa
Penyelenggaraan ibadah haji 2025 dipastikan akan memberangkatkan 221.000 jemaah asal Indonesia, setelah Pemerintah Arab Saudi menetapkan kuota resmi tersebut. Dari jumlah itu, 92% atau 203.320 dialokasikan untuk jalur reguler yang disubsidi pemerintah, sementara 8% atau 17.680 diserahkan kepada Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) di bawah koordinasi swasta.
Besaran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) 2025 disepakati Rp89,41 juta, turun Rp4 juta dari tahun sebelumnya. Dari angka itu, jemaah reguler menanggung Rp55,43 juta, sementara sisanya ditutup melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
“Kalau reguler sisa biaya di luar yang telah disepakati itu disubsidi oleh pemerintah. Penyelenggaraannya pakai APBN,” jelas Abdul Wahid, Bendahara Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI).
Wahid menambahkan, penentuan kuota tambahan kadang bisa dilakukan lewat jalur diplomasi. Hal ini pernah terjadi pada 2024, ketika Arab Saudi memberikan tambahan 20.000 jemaah di luar kesepakatan awal pemerintah dengan Komisi VIII DPR. “Misalnya pada 2024 itu pemerintah memutuskannya, pakai keputusan menteri,” ujarnya.
Antrean panjang tetap menjadi tantangan utama haji reguler. Data menunjukkan, waktu tunggu keberangkatan calon jemaah bervariasi dari 28 tahun di Jakarta, 34 tahun di Aceh, hingga 47 tahun di Sulawesi Selatan. Kondisi ini membuat haji khusus menjadi pilihan alternatif bagi masyarakat yang ingin berangkat lebih cepat, dengan rata-rata masa tunggu 5 hingga 9 tahun.
Selain waktu yang lebih singkat, jemaah haji khusus juga mendapatkan fasilitas tambahan. “Haji plus bisa pilih hotel, bintang tiga, atau lima. Mereka juga bisa pilih penginapan yang posisinya di depan Masjidil Haram, jadi posisi ring satu dan dua,” kata Wahid.
Baca Juga: RI Bangun Kampung Haji di Mekah, Danantara Pegang Kendali
Asnawi Bahar dari Asosiasi Agen Tur dan Perjalanan Indonesia (ASITA) menegaskan peran strategis travel agent dalam mendukung layanan haji.
“Tugas pokok dan fungsi kerja travel agent bekerja sama dengan semua industri di Arab Saudi,” ujarnya. Menurut Asnawi, hubungan yang terbangun dengan maskapai, hotel, transportasi, hingga logistik memberi nilai tambah bagi swasta dalam meningkatkan kualitas layanan bagi jemaah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: