Bukan Cuma Laporan Indah, Dedi Mulyadi Dorong Pembangunan Jabar Berdasarkan Realitas Rakyat
Kredit Foto: Ist
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi kembali menegaskan arah pembangunan di provinsi terbesar di Indonesia ini tidak boleh hanya terjebak pada laporan indah atau sekadar visualisasi yang dipoles di media sosial. Menurutnya, pembangunan sejati harus berpijak pada realitas hidup rakyat sekaligus berakar kuat pada filosofi alam dan kebudayaan Sunda.
Dalam pandangan Dedi, ada tiga simbol utama yang menjadi pijakan dasar pembangunan: laut, gunung, dan tanah. Ketiganya memiliki makna mendalam. Laut diibaratkan sebagai seorang putri cantik yang harus dijaga kehormatannya, gunung melambangkan sumber ketentraman sekaligus kemuliaan rakyat, sedangkan tanah adalah ibu pertiwi yang bila dirusak akan menjerumuskan manusia dalam kesengsaraan.
"Kalau laut, gunung, dan tanah kita jaga, maka rakyat Sunda akan terbebas dari kemiskinan dan bencana,” ungkap Dedi Mulyadi dalam Rapat Paripurna Peringatan Hari Jadi ke-80 Provinsi Jawa Barat yang digelar di Gedung Merdeka, Bandung, Selasa (19/8/2025).
Dedi menegaskan, pembangunan tidak boleh hanya berorientasi pada target jangka pendek. Lebih dari itu, pembangunan harus mampu melahirkan pemimpin yang peka, birokrat yang memiliki integritas, serta masyarakat yang berani jujur menghadapi kenyataan.
Baca Juga: Kasus Gizi Buruk di Sukabumi Jadi Sorotan, Dedi Mulyadi Kritik Keras Birokrasi Pembangunan
Ia mencontohkan masih banyak persoalan mendasar di Jawa Barat yang belum terpecahkan, seperti sulitnya akses air bersih, sekolah-sekolah roboh yang tidak memiliki toilet, hingga anak-anak di pedalaman Garut dan Sukabumi yang masih harus menyeberangi sungai menggunakan rakit untuk bisa bersekolah.
“Pembangunan bukan untuk lima tahun, bukan untuk sepuluh tahun, dan bukan untuk kita. Pembangunan adalah titipan bagi masa depan anak cucu kita,” tegasnya.
Di bawah visi “Lembur Diurus, Kota Ditata”, Dedi Mulyadi menegaskan pembangunan Jawa Barat bukan sekadar proyek fisik, tetapi perjalanan panjang untuk menghapus kemiskinan, mengangkat martabat rakyat kecil, dan menegakkan nilai-nilai kebudayaan Sunda sebagai dasar peradaban.
Penerapan filosofi laut, gunung, dan tanah, ia ingin memastikan pembangunan Jawa Barat tidak terputus dari akar sejarah dan identitas masyarakatnya.
"Pembangunan yang mengabaikan alam dan budaya hanya akan menciptakan wajah modernitas semu yang rapuh ketika dihadapkan pada realitas sosial," pungkasnya
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: