Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Dolar Melemah Usai Trump Desak Gubernur The Fed Mundur

        Dolar Melemah Usai Trump Desak Gubernur The Fed Mundur Kredit Foto: Unsplash/Celyn Kang
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Dolar Amerika Serikat (AS) melemah dalam perdagangan di Rabu (20/8). Presiden Amerika Serikat Donald Trump menjadi sorotan usai menyerukan pengunduran diri sosok dari Gubernur Federal Reserve (The Fed) Lisa Cook.

        Dilansir dari Reuters, Kamis (21/8), Indeks Dolar (DXY) yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang utama, terakhir tercatat turun 0,13% menjadi 98,20. Pelemahan terpangkas setelah risalah rapat terbaru dari The Fed.

        Trump menyinggung dugaan kepemilikan hipotek Cook di Michigan dan Georgia. Ia bahkan mempertimbangkan opsi untuk memberhentikan Cook. Langkah ini  dinilai sebagai upaya memperbesar pengaruhnya atas bank sentral di AS.

        “Pasar sudah menunjukkan ketidaksukaannya ketika presiden ikut campur dalam urusan The Fed,” kata Kepala Strategi Pasar Bannockburn Global Forex, Marc Chandler.

        Sebelumnya, Trump juga kerap mengkritik Ketua The Fed Jerome Powell. Hal ini karena sang ketua bank sentral dianggap lamban memangkas suku bunga. 

        “Ini hanyalah upaya terselubung untuk menguasai The Fed. Jika Powell tidak mundur dari dewan gubernur setelah masa jabatannya berakhir, satu-satunya kursi yang bisa diisinya adalah kursi dari Kugler,” ujar Chandler.

        Adapun Risalah The Fed Juli menunjukkan hanya dua pejabat yang mendukung pemangkasan suku bunga, sementara mayoritas memilih mempertahankan suku bunga acuan.

        Pasar kini menanti pidato Powell di Jackson Hole. Mereka ingin melihat apakah ia akan menepis ekspektasi pasar terkait pemangkasan suku bunga dalam rapat 16–17 September. Hal ini menyusul data ketenagakerjaan yang melemah pada Juli.

        Powell sebelumnya menyatakan enggan menurunkan suku bunga karena kebijakan tarif berpotensi mendorong inflasi musim panas ini.

        Data inflasi konsumen bulan lalu menunjukkan dampak terbatas dari tarif, tetapi inflasi harga produsen yang lebih tinggi dari perkiraan membuat pasar berhati-hati dalam memproyeksikan jumlah pemangkasan suku bunga tahun ini.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: