Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pertamina Ungkap Strategi Ganda: Kurangi Impor dan Kembangkan Energi Rendah Karbon

        Pertamina Ungkap Strategi Ganda: Kurangi Impor dan Kembangkan Energi Rendah Karbon Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PT Pertamina (Persero) menegaskan komitmennya menjaga ketahanan energi nasional sekaligus mendukung target Net Zero Emission (NZE) Pemerintah Indonesia. Wakil Direktur Utama Pertamina, Oki Muraza, mengatakan terdapat beberapa langkah strategis Pertamina untuk mewujudkan transisi energi berkelanjutan dan memperkuat ketahanan energi nasional melalui konsep Dual Growth Strategy.

        Ia menjelaskan, strategi ini berfokus pada penguatan bisnis eksisting demi mengurangi impor energi serta pengembangan bisnis energi rendah karbon.

        "Di satu sisi Pertamina ingin impor berkurang, sehingga ketahanan energi semakin kuat dengan memaksimalkan bisnis eksisting seperti produksi migas, produksi dan distribusi BBM, LPG, dan sebagainya. Di sisi lain, kami mengembangkan bisnis rendah karbon untuk menjawab kebutuhan global dalam menekan emisi," ujar Oki dalam keterangan tertulis yang diterima, Kamis (11/9/2025).

        Baca Juga: Pertamina Perkuat Kiprah Transisi Energi, Raih Penghargaan Katadata ESG Index Awards 2025

        Untuk mendukung transisi ini, Pertamina menggulirkan 10 Sustainability Focus yang mencakup pengurangan emisi, perlindungan lingkungan, pengembangan teknologi hijau, hingga inovasi menuju ekonomi hijau.

        "Alhamdulillah hasilnya sangat positif. Saat ini Pertamina dinobatkan sebagai salah satu perusahaan terintegrasi terbaik di dunia menurut lembaga pemeringkat ESG, Sustainalytics. Namun, kami tidak berhenti sampai di situ," tambahnya.

        Oki menyebut sejumlah inovasi energi hijau Pertamina, antara lain produksi bahan bakar ramah lingkungan Pertamax Green 95 dengan nilai oktan tinggi dan kandungan sulfur rendah hasil pencampuran bensin dan bioetanol. Produk ini sudah tersedia di 160 SPBU di Pulau Jawa.

        Selain itu, Pertamina juga tengah mengembangkan Sustainable Aviation Fuel (SAF) berbahan nabati, menargetkan Indonesia sebagai hub SAF Asia, serta merencanakan pembangunan kilang hijau untuk memproduksi SAF hingga 100 persen. Salah satu bahan bakunya adalah minyak goreng bekas (used cooking oil), yang diolah di kilang Pertamina Cilacap.

        Baca Juga: SAF Pertamina Siap Diproduksi di Dumai dan Balongan Usai Sukses di Cilacap

        Oki melanjutkan, Pertamina juga mengembangkan biodiesel B40 berbasis minyak sawit dan renewable diesel bebas sulfur, serta terus memperluas pembangkit listrik hijau seperti panas bumi (geothermal), PLTS, dan biogas. Kapasitas terpasang panas bumi Pertamina saat ini mencapai 727 MW dan ditargetkan berlipat ganda pada 2030.

        "Dengan potensi 24–26 GW, Indonesia berpeluang menjadi negara terbesar penghasil panas bumi di dunia," papar Oki.

        Pertamina juga menyiapkan proyek green hydrogen berbasis panas bumi melalui elektrolisis air, dengan potensi klaster hidrogen di Sumatra, Sulawesi, dan Jawa. Teknologi Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) juga dikembangkan, salah satunya di Asri Basin, Laut Jawa, dengan kapasitas penyimpanan lebih dari 1 gigaton.

        Oki menegaskan, seluruh langkah tersebut tidak hanya untuk menekan emisi global, tetapi juga memperkuat ketahanan energi nasional dengan mengurangi impor, membuka lapangan kerja, dan membangun ekosistem energi hijau.

        Baca Juga: Pertamina SAF dari Minyak Jelantah, Pertama di Asia Tenggara Terbangkan Pesawat Komersial

        Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, menambahkan komitmen Pertamina dalam mengembangkan energi hijau untuk meningkatkan ketahanan energi nasional dan swasembada energi.

        "Sebagai perusahaan energi nasional, Pertamina mengambil langkah besar untuk terus berinovasi dan mengembangkan berbagai sumber energi baru terbarukan, yang berdampak positif bagi lingkungan serta menggerakan perekonomian nasional," jelas Fadjar.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Djati Waluyo
        Editor: Djati Waluyo

        Bagikan Artikel: