- Home
- /
- EkBis
- /
- Transportasi
Dari Korea hingga Eropa, Ternyata Begini Ekosistem Transportasi Online Global!
Kredit Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Akademisi transportasi Djoko Setijowarno menilai perkembangan aplikasi transportasi online di Indonesia tertinggal dibandingkan sejumlah negara lain di Asia dan Eropa. Ia mencontohkan beberapa model bisnis yang bisa dijadikan pembelajaran.
“Di Korea Selatan, aplikasi lokal Kakao T sangat dominan dan menawarkan berbagai layanan, sementara di China ada DiDi Chuxing yang terintegrasi dengan super app seperti WeChat dan Alipay,” ujar Djoko, Kamis (18/9/2025).
Ia menjelaskan, Jepang memiliki model berbeda karena pasar masih dikuasai perusahaan taksi tradisional. “Aplikasi lokal yang paling dominan adalah GO, yang mencakup hampir seluruh wilayah Jepang,” katanya.
Sementara itu, Vietnam berkembang dengan aplikasi lokal seperti Be dan Xanh SM.
“Xanh SM unik karena seluruh armadanya menggunakan kendaraan listrik, baik mobil maupun motor,” ungkap Djoko.
Di India, ia mengatakan bahwa pasar didominasi Ola yang bersaing ketat dengan Uber, ditambah pemain lokal seperti Rapido dan Namma Yatri. Malaysia pun tak kalah dengan Grab sebagai pemimpin pasar, disusul aplikasi khusus seperti Riding Pink. Djoko menambahkan, Eropa memiliki dinamika berbeda.
“Tidak ada satu aplikasi lokal yang dominan di seluruh benua. Di Jerman ada Free Now, di Prancis ada G7, dan di Inggris ada Gett,” jelasnya.
Menurut Djoko, perbedaan ekosistem global menunjukkan perlunya Indonesia membangun sistem transportasi online yang lebih berpihak pada pengemudi sekaligus sesuai dengan kebutuhan lokal.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Azka Elfriza
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: