Kredit Foto: Reuters/Lisi Niesner
Iran menegaskan bahwa diplomasi adalah satu-satunya cara untuk menyelesaikan sengketa nuklir yang telah berlangsung puluhan tahun dengan negara-negara dari Uni Eropa.
Menteri Luar Negeri Abbas Araqchi memperingatkan bahwa pihak mereka harus memilih antara kerja sama atau konfrontasi di tengah ancaman sanksi baru yang datang dari Inggris, Prancis dan Jerman.
Baca Juga: Commvault Perkuat Kehadirannya di Indonesia
“Mereka sudah berkali-kali menguji Iran dan tahu bahwa kami tidak akan merespons bahasa tekanan dan ancaman,” kata Araqchi, dilansir Selasa (23/9).
“Saya berharap solusi diplomatik bisa ditemukan dalam beberapa hari ke depan. Jika tidak, kami akan mengambil langkah yang sesuai," tegasnya.
Araqchi dijadwalkan bertemu dan membahas program nuklirnya dengan para pejabat dari kawasan euro serta Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi di New York.
“Saya berada di sana untuk memanfaatkan sisa waktu ini dalam konsultasi diplomatik yang mungkin mengarah pada solusi. Jika tidak ditemukan, kami akan tetap melanjutkan jalur kami,” ujarnya.
Adapun Inggris, Prancis, dan Jerman (E3) telah memulai proses satu bulannya untuk mengaktifkan kembali sanksi terhadap Iran. Mereka menilai negara tersebut gagal mematuhi kesepakatan nuklir yang bertujuan mencegah pengembangan senjata nuklir dari Tehran.
Namun, ketiga negara kawasan euro itu menawarkan penundaan hingga enam bulan untuk memberi kesempatan diplomasi. Iran juga harus kembali membuka akses bagi inspeksi IAEA.
Iran juga diharuskan untuk mengatasi kekhawatiran terkait stok uranium yang diperkaya, serta melanjutkan pembicaraan dengan Amerika Serikat. Apabila kesepakatan perpanjangan tidak tercapai, maka seluruh sanksi akan diberlakukan kembali terhadap Iran.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: