Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Perang Dagang Berkobar Lagi, Wall Street Dibuat Anjlok Trump

        Perang Dagang Berkobar Lagi, Wall Street Dibuat Anjlok Trump Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Bursa Saham Amerika Serikat (AS/Wall Street) anjlok pada perdagangan di Jumat (10/10). Presiden Amerika Serikat, Donald Trump kembali memanaskan konflik dagang dengan China. Hal itu dilakukannya dengan mengumumkan tarif tambahan seratus persen terhadap impor dari Beijing.

        Dilansir dari Reuters, Senin (13/10), Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 1,90% ke 45.479,60, S&P 500 (SPX) jatuh 2,71% ke 6.552,51, dan Nasdaq Composite (IXIC) anjlok 3,56% ke 22.204,43.

        Baca Juga: BEI Kembali Buka Perdagangan 7 Saham Emiten, Begini Pergerakannya

        Trump mengatakan bahwa tarif baru ini merupakan respons pihaknya atas manuver pengetatan pembatasan ekspor mineral tanah jarang yang dilakukan oleh China. Pembatasan itu sendiri dapat menggangu l industri semikonduktor dan teknologi global.

        “Dua ekonomi terbesar dunia kembali berdebat, dan pasar bereaksi dengan menjual lebih dulu dan bertanya kemudian,” kata Kepala Strategi Pasar Carson Group, Ryan Detrick.

        “Pernyataan Trump benar-benar muncul tanpa peringatan, memicu volatilitas ekstrem," katanya.

        Trump juga mengatakan tidak melihat alasan untuk bertemu dengan Presiden China Xi Jinping. Ia juga mengatakan bahwa banyak tindakan balasan lain sedang dipertimbangkan oleh Washington.

        Kebijakan Trump yang tak terduga terus mengguncang pasar sepanjang tahun, dengan negosiasi yang bolak-balik menimbulkan gejolak dalam berbagai kelas aset. Eskalasi terbaru ini menimbulkan kekhawatiran gangguan rantai pasokan global, khususnya dalam sektor teknologi, kendaraan listrik, dan pertahanan.

        Pasar juga dibayangi oleh penutupan pemerintahan dari AS. Hal tersebut menunda publikasi sejumlah indikator ekonomi resmi. Survei University of Michigan menunjukkan sentimen konsumen melemah ke dekat titik terendah historis akibat harga tinggi dan prospek kerja yang suram.

        Dalam ketiadaan data resmi, investor mengandalkan sinyal dari Federal Reserve. Gubernur Christopher Waller mengatakan bank sentral harus berhati-hati menurunkan suku bunga acuan sambil mengevaluasi kondisi ekonomi.

        Baca Juga: JP Morgan Peringatkan Risiko Koreksi Besar Dalam Bursa Saham Amerika Serikat

        Sementara Presiden Fed St. Louis Alberto Musalem menyebut pemangkasan suku bunga tambahan bisa menjadi langkah “asuransi” terhadap pelemahan pasar tenaga kerja.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: