Kredit Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Bank Indonesia (BI) menilai perbankan perlu secara agresif menurunkan suku bunga, hal ini karena lemahnya pertumbuhan kredit pada September 2025 yang hanya 7,7 persen.
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, penurunan suku bunga perbankan harus terus didorong sejalan dengan penurunan bunga BI Rate serta penempatan dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) Pemerintah di perbankan.
“Bank Indonesia memandang penurunan suku bunga perbankan perlu terus didorong sejalan dengan pelonggaran kebijakan moneter yang telah ditempuh dan penempatan dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) Pemerintah di perbankan,” kata Perry dalam Rapat Dewan Gubernur secara virtual, Jakarta, Rabu (22/10/2025).
Baca Juga: Tok! BI Tahan BI Rate 4,75% di Oktober 2025
Sejak September 2024, BI telah menurunkan BI-Rate sebesar 150 basis poin (bps) dan melakukan ekspansi likuiditas moneter. Dampaknya, suku bunga INDONIA turun 204 bps dari 6,03 persen di awal 2025 menjadi 3,99 persen per 21 Oktober 2025. Penurunan juga terjadi pada suku bunga SRBI tenor 6, 9, dan 12 bulan, masing-masing turun menjadi 4,65 persen; 4,67 persen dan 4,70 persen pada 17 Oktober 2025.
Selain itu, imbal hasil SBN untuk tenor 2 tahun juga turun sebesar 218 bps dari 6,96% pada awal 2025 menjadi 4,78% pada 21 Oktober 2025, sementara untuk tenor 10 tahun menurun sebesar 132 bps dari tingkat tertinggi 7,26% pada pertengahan Januari 2025 menjadi 5,94%.
Perry mengatakan, suku bunga deposito 1 bulan hanya turun 29 bps dari 4,81 persen menjadi 4,52 persen pada September 2025. Hal itu terutama dipengaruhi oleh pemberian special rate kepada deposan besar yang mencakup sekitar 26 persen dari total dana pihak ketiga (DPK).
Perry menyatakan penurunan suku bunga perbankan masih berjalan lambat dan karenanya perlu dipercepat.
Baca Juga: Inflasi Rendah Jadi Alasan BI Longgarkan Kebijakan Moneter
“Penurunan suku bunga kredit perbankan bahkan berjalan lebih lambat, yaitu sebesar 15 bps dari 9,20% pada awal 2025 menjadi sebesar 9,05% pada September 2025,” urainya.
Dalam mendorong kredit perbankan, BI juga telah memberikan insentif dalam Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM), hingga minggu pertama Oktober 2025 mencapai Rp393 triliun, yang disalurkan kepada kelompok bank BUMN sebesar Rp173,6 triliun, BUSN Rp174,4 triliun, BPD Rp39,1 triliun, dan KCBA Rp5,7 triliun.
“Lebih dari itu, pemberian insentif KLM juga didasarkan pada kecepatan perbankan dalam menyesuaikan suku bunga kredit/pembiayaan terhadap suku bunga kebijakan Bank Indonesia untuk mempercepat transmisi penurunan suku bunga perbankan,” tuturnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cita Auliana
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait: