Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        BI Ungkap Kredit KPR dan Motor Lesu, Waspadai Resiko NPL!

        BI Ungkap Kredit KPR dan Motor Lesu, Waspadai Resiko NPL! Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
        Warta Ekonomi, Bukittinggi -

        Bank Indonesia (BI) menyoroti meningkatnya risiko kredit macet atau non-performing loan (NPL) di sektor konsumsi seiring melambatnya pertumbuhan kredit pada September 2025.

        Direktur Kebijakan Makroprudensial BI, Irman Robinson, menyampaikan bahwa pertumbuhan kredit konsumsi tercatat sebesar 7,3 persen secara tahunan (yoy) dengan nilai Rp2.307,3 triliun, turun dari 7,7 persen yoy atau Rp2.295,4 triliun pada bulan sebelumnya. 

        “NPL-nya juga kalau kita lihat kredit konsumsi juga masih di bawah 5 persen sebetulnya, tapi trennya cenderung meningkat, ini yang kita perlu jadi hati-hati bersama,” tutur Direktur Kebijakan Makroprudensial BI Irman Robinson di Bukittinggi, Sumatera Barat, dikutip Sabtu (25/10.2025). 

        Baca Juga: Gelontorkan Insentif Likuiditas Rp393 Trilium, Bos BI Desak Bank Turunkan Bunga Kredit!

        Menurut Iman, perlambatan terdalam terjadi pada Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB). KPR tumbuh 7,2 persen, sedikit naik dari 7,1 persen pada Agustus, sedangkan KKB merosot tajam menjadi 0,7 persen dari 3,4 persen bulan sebelumnya.

        Secara keseluruhan, pertumbuhan kredit perbankan nasional pada September 2025 mencapai 7,70 persen yoy, naik tipis dibanding 7,56 persen yoy pada Agustus 2025.

        Sementara itu, Ekonom Bahana TCW Investment Management, Emil Muhammad, menilai perlambatan kredit konsumsi terutama dipicu oleh pergeseran perilaku masyarakat dan turunnya kepercayaan diri konsumen.

        Baca Juga: Jumlah Investor hingga Penyaluran Kredit Terus Meningkat, Sektor Jasa Keuangan Indonesia RI Tumbuh Stabil di Tengah Dinamika Global

        “Kalau dulu orang cenderung beli mobil untuk bepergian, sekarang banyak yang lebih memilih menggunakan kendaraan online,” ujar Emil.

        Emil menambahkan, meskipun BI telah memangkas suku bunga acuan sebesar 150 basis poin, pemulihan permintaan kredit terutama di sektor properti masih membutuhkan waktu.

        “Kalau mau lihat tanda-tanda kebangkitan sektor properti, lihatlah di pasar saham sebagai leading indicator-nya. Begitu kepercayaan diri masyarakat pulih, sektor ini akan bangkit,” terang Emil. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Cita Auliana
        Editor: Belinda Safitri

        Bagikan Artikel: