- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Dari 1929 hingga Kini, PLTA Tonsealama Jadi Saksi Sejarah Listrik Indonesia
Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Tonsealama di Minahasa, Sulawesi Utara, bukan sekadar infrastruktur energi. Ia adalah saksi sejarah panjang perjalanan listrik di Indonesia. Dibangun oleh perusahaan Belanda s’Lands Waterkracht Bedriven pada tahun 1929, pembangkit ini mulai beroperasi pada 1949 dengan kapasitas awal 4 Megawatt (MW).
Meski telah berusia hampir satu abad, hingga kini PLTA Tonsealama masih berfungsi dan berperan penting dalam menjaga pasokan listrik di wilayah Sulawesi Utara, Tengah, dan Gorontalo yang telah terhubung dalam sistem interkoneksi.
Namun perjalanan pembangkit ini tidak selalu mulus. Dua tahun sebelum diopaerasikan, PLTA Tonsealama menjadi korban konflik agresi militer Belanda ketika Jepang tak lagi berkuasa pada 1947. Pesawat tempur kala itu menembaki area pembangkit dan menewaskan sejumlah pekerja.
Baca Juga: Ekspansi Energi Hijau, Tamaris Hidro Caplok PLTA di Sumut
“Itu bekas peluru dari pesawat, dulu (PLTA) ini hancur, (tapi) enjin masih bisa operasi sampai sekarang,” ujar Asisten Manajer Operasi PLN Nusantara Power Unit Pembangkitan Minahasa, Oudy F. Rumbajan, di Minahasa, Kamis (30/10/2025).
Kendati sempat porak-poranda, mesin-mesin buatan Belanda tersebut terbukti tangguh. Pada tahun 1971 dan 1980, kapasitas PLTA Tonsealama diperkuat dengan dua unit tambahan: Unit 2 berkapasitas 4,5 MW dan Unit 3 sebesar 4,3 MW. Dengan demikian, total kapasitas terpasang kini mencapai 12,8 MW.
“PLTA Tonsea Lama merupakan salah satu yang tertua, bahkan bisa dikatakan termasuk yang paling tua di Indonesia selain PLTA Dago dan Bengkok di Bandung. Karena itu, setiap kali kami melaksanakan upacara Hari Listrik Nasional, PLTA Tonsea Lama menjadi kebanggaan kami,” kata Oudy.
Baca Juga: PLN dan DPRD Perkuat Sinergi Bangun Infrastruktur Hijau, PLTA Jatigede Jadi Penggerak Ekonomi Baru
Kebanggaan itu bukan tanpa alasan. Meski banyak komponen telah berusia lanjut, sebagian besar peralatan masih dapat berfungsi dengan baik.
“Beberapa peralatan memang sudah kami ganti karena sudah usang (obsolete), namun sebagian lainnya tetap kami pertahankan karena masih kompatibel dengan sistem kontrol yang ada,” ujarnya.
Untuk menjaga keseimbangan antara fungsi produksi modern dan pelestarian nilai sejarah, PLN Nusantara Power juga berupaya menyinkronkan kegiatan operasional dengan pelestarian budaya.
“Kami sudah berkolaborasi dengan pemerintah daerah setempat untuk mengusulkan agar PLTA Tonsea Lama diakui sebagai PLTA tua yang memiliki nilai sejarah. Saat ini, prosesnya sedang kami teruskan ke Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara agar bisa ditetapkan sebagai cagar budaya,” jelas Oudy.
Selain menjaga nilai historis, aspek keberlanjutan operasional juga menjadi fokus utama. PLN bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Minahasa, Balai Wilayah Sungai (BWS), dan TNI untuk menjaga kondisi aliran air dan mengurangi sedimentasi di area weir intake.
Baca Juga: REC PLN, Sertifikat Hijau yang Mengubah Wajah Industri Indonesia
“Langkah ini penting untuk menjaga laju aliran air tetap optimal,” tambahnya.
Kesadaran lingkungan juga menjadi bagian dari upaya bersama. PLN berharap dukungan Pemda dan masyarakat agar tidak membuang sampah ke sungai atau danau yang dapat memengaruhi operasi pembangkit. Untuk menjaga kestabilan pasokan, elevasi air dijaga di angka 350 meter—selisih sekitar satu meter dari elevasi danau di sisi hulu.
“Setiap unit kami lakukan pemeliharaan rutin sesuai jadwal dan kondisi kerja masing-masing peralatan. Kolaborasi dengan pihak-pihak terkait seperti BWS dan Pemda sangat penting agar keberlangsungan sistem sungai dan danau tetap terjaga,” tutur Oudy.
Menariknya, PLTA Tonsealama kini juga berkembang menjadi destinasi edukasi. Banyak sekolah menengah kejuruan (SMK) serta mahasiswa dari Politeknik Negeri Manado (Polimdo) dan Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) datang untuk mempelajari sistem operasi dan pemeliharaan PLTA.
Baca Juga: Kementerian ESDM dan PLN Salurkan Bantuan Listrik untuk 112 Keluarga di Minahasa
“Kegiatan ini menjadi sarana edukasi yang baik bagi generasi muda untuk mengenal sistem kelistrikan dan teknologi pembangkit listrik tenaga air, sekaligus melestarikan nilai sejarah PLTA Tonsea Lama,” tutup Oudy Rumbajan dengan bangga.
Dari peninggalan kolonial hingga menjadi saksi kebangkitan energi bersih Indonesia, PLTA Tonsealama membuktikan bahwa warisan sejarah dan kemajuan teknologi bisa berjalan beriringan — menjaga cahaya tetap menyala di tanah Minahasa.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Djati Waluyo