Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Transportasi Pedesaan Kritis, Indonesia Butuh Reaktivasi Rel!

        Transportasi Pedesaan Kritis, Indonesia Butuh Reaktivasi Rel! Kredit Foto: Antara/Tri Meilani Ameliya
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Akademisi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Wakil Ketua MTI Pusat, Djoko Setijowarno, menilai reaktivasi jalur rel dan pembenahan angkutan umum daerah merupakan langkah strategis untuk menggerakkan ekonomi lokal di Pulau Jawa.

        “Yang kita butuhkan di Pulau Jawa adalah pondasi transportasi yang kuat dan merata. Pondasi ini berarti transportasi umum perkotaan dan pedesaan yang andal, menghidupkan kembali jalur rel mati, dan memastikan setiap pelosok desa terjangkau,” ujar Djoko, Senin (10/11/2025).

        Tercatat berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, terdapat 1.610 kilometer rel nonaktif di Pulau Jawa, masing-masing tersebar di Jawa Tengah 585 km, Jawa Timur 615 km, serta Jawa Barat dan Banten 410 km.

        Baca Juga: MTI Desak Pemerintah Benahi Transportasi Publik di Tengah Ledakan Populasi Motor

        Menurut Djoko, pengaktifan kembali rel tersebut dapat membuka kembali akses ekonomi daerah dan mempercepat mobilitas barang serta tenaga kerja.

        Selain itu, kata Djoko, hingga kini kondisi transportasi umum daerah semakin terpuruk. Pasalnya, dari total 30 kota di Pulau Jawa, baru 9 yang memiliki transportasi umum modern, sementara dari 85 kabupaten hanya 4 yang memiliki sistem serupa.

        “Angkutan pedesaan yang beroperasi kini kurang dari 5% dengan armada rata-rata berusia lebih dari 10 tahun,” katanya.

        Baca Juga: Perkuat Konektivitas, Transportasi Kereta Api Masih Jadi Primadona

        Djoko memaparkan adapun faktor yang kemungkinan menjadi penyebabnya meliputi meningkatnya kepemilikan kendaraan pribadi, persaingan dengan transportasi daring, hingga dampak pandemi yang membuat banyak angkutan desa berhenti beroperasi.

        Karena hal itu ia menilai, kondisi ini tidak hanya berdampak pada aksesibilitas warga, tetapi juga menghambat pergerakan ekonomi mikro di desa.

        “Reaktivasi jalur rel dan perbaikan transportasi umum lokal akan menciptakan multiplier effect bagi masyarakat, dari sektor perdagangan, logistik hingga pariwisata,” tegasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Azka Elfriza
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: