Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        PGN Perkuat Benteng Bisnis Lewat 'Optimus Prime' dan 55 Rencana Anti-Krisis

        PGN Perkuat Benteng Bisnis Lewat 'Optimus Prime' dan 55 Rencana Anti-Krisis Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Direktur Manajemen Risiko PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), Eri Surya Kelana memaparkan strategi digitalisasi manajemen risiko perusahaan guna mengamankan keberlangsungan operasional bisnis gas bumi nasional. 

        PGN menerapkan konsep Three Lines of Defense atau tiga lini pertahanan yang mewajibkan seluruh satuan kerja melakukan asesmen potensi masalah secara mandiri.

        Perusahaan menggunakan sistem digital terpadu untuk merekam proses identifikasi, analisis, dan evaluasi risiko dari setiap unit kerja. PGN mengembangkan Enterprise Risk Management System (IRMS) serta aplikasi pendukung internal bernama Damara dan Optimus Prime guna memantau mitigasi risiko secara waktu nyata.

        Baca Juga: Menghadapi Lonjakan Demand, PGN Maksimalkan LNG dan Jaringan 35 Ribu Km

        "Kami juga mengembangkan ada yang namanya Damara dan terakhir adalah kami juga mengembangkan ada yang namanya Optimus Prime. Jadi memang ada pengembangan digitalisasi di tempat kami," ujar Eri dalam acara E2S Energy Update di Jakarta, Rabu (10/12/2025).

        Penerapan manajemen risiko berbasis teknologi ini sangat krusial mengingat peran strategis perseroan sebagai Subholding Gas PT Pertamina (Persero). PGN saat ini menyalurkan gas bumi ke lebih dari 817.000 pelanggan rumah tangga, 2.845 pelanggan kecil, serta 3.334 pelanggan komersial dan industri yang membutuhkan kestabilan pasokan energi.

        Risiko operasional perusahaan mencakup pengelolaan aset fisik yang sangat luas dan kompleks di berbagai wilayah. Perseroan mengelola infrastruktur gas bumi sepanjang lebih dari 34.000 kilometer, 16 unit SPBG dan MRU, serta tiga terminal LNG yang harus beroperasi optimal tanpa gangguan.

        Lini pertahanan kedua atau fungsi manajemen risiko lantas bertugas melakukan verifikasi ketat melalui sesi tantangan terhadap data yang masuk. Tim ini memastikan setiap rencana mitigasi telah memenuhi standar operasi, teknologi, serta tata kelola perusahaan sebelum diterapkan.

        Baca Juga: Bersama Pertamina Peduli, PGN Pasok Logistik Dapur Umum dan Instalasi Darurat Air Bersih untuk Korban Bencana Sumatera

        "Jadi pada saat kita melakukan Challenge Session, kita harus bisa memberikan masukan dan harus bisa memberikan kekuatan terkait dengan mitigasi yang akan dilakukan berikutnya," tegas Eri.

        Satuan Pengawas Internal (SPI) bersama Dewan Direksi dan Komisaris menjalankan lini pertahanan ketiga untuk menilai efektivitas mitigasi secara menyeluruh. PGN juga menerapkan Business Continuity Management System (BCMS) sebagai pedoman menghadapi kondisi darurat yang berbeda dari risiko operasional rutin.

        Perseroan telah menyusun sekitar 55 dokumen Business Continuity Plan (BCP) yang berbasis pada analisis dampak bisnis atau Business Impact Analysis (BIA). Strategi ini menitikberatkan pada besaran dampak kerugian bisnis akibat bencana alih-alih sekadar menghitung probabilitas kejadiannya.

        "Kami sudah mempunyai sekitar 55 BCP. Pertama kali yang dibuat adalah bukan Risk Event, tapi Business Impact Analysis. Karena ini sifatnya adalah crisis atau misalnya terjadinya bencana, maka yang dilihat itu adalah Impact Analysis-nya seperti apa besarnya," tandas Eri.

        Baca Juga: Akses Darat Putus, PGN Tempuh Jalur Laut Selamatkan Warga Terisolasi di Sumatra

        Mekanisme penanganan krisis tersebut melibatkan pembentukan satuan tugas khusus serta perencanaan pemulihan bertahap untuk menjamin pemulihan cepat. Integrasi sistem manajemen risiko dan protokol kelangsungan bisnis menjadi fondasi utama PGN dalam menjaga stabilitas energi nasional.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
        Editor: Djati Waluyo

        Bagikan Artikel: