Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Permintaan Kredit 2025 Melemah, Perbanas Nilai Perlu Strategi Pemulihan Demand

        Permintaan Kredit 2025 Melemah, Perbanas Nilai Perlu Strategi Pemulihan Demand Kredit Foto: Azka Elfriza
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) menyoroti melemahnya permintaan kredit sepanjang 2025 yang dipicu penurunan daya beli masyarakat dan tertahannya ekspansi dunia usaha.

        Kondisi ini membuat realisasi penyaluran kredit diperkirakan tidak mencapai target, sehingga menekan fungsi intermediasi perbankan menjelang 2026.

        Ketua Umum Perbanas, Hery Gunardi, menjelaskan bahwa melemahnya konsumsi rumah tangga menjadi penyebab utama penurunan permintaan kredit.

        “Memulihkan sisi demand inilah yang menjadi kunci agar intermediasi kembali kuat dan perekonomian kembali tumbuh cepat,” ujarnya dalam forum Economic Outlook 2026 di Jakarta, Rabu (10/12/2025).

        Menurut Hery, perbankan memperkirakan pertumbuhan kredit tahun depan bergerak positif, meskipun belum kembali ke level dua digit.

        Baca Juga: Rupiah dan Inflasi Stabil, Perbanas Optimistis Ekonomi 2026

        “Tapi di sini dari kajian kita, kita melihat bahwa kredit perbankan mungkin tumbuh lebih baik dibandingkan 2025, tapi kelihatannya antara angkanya berkisar antara 9% hingga 11%,” tuturnya.

        Perbanas juga menyoroti meningkatnya risiko mismatch antara struktur pendanaan dan kebutuhan pembiayaan.

        Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat lebih lambat dibanding kebutuhan kredit, sementara komposisi dana yang masuk didominasi tenor jangka pendek. Kondisi ini tidak sejalan dengan kebutuhan kredit jangka panjang, terutama untuk sektor perumahan, UMKM, perdesaan, dan pembiayaan infrastruktur.

        Aviliani, Ketua Bidang Riset dan Kajian Ekonomi dan Perbankan Perbanas, menegaskan perlunya strategi pemerintah untuk membalik tren penurunan permintaan kredit.

        Ia menyebut konsep “dual track economy” sebagai pendekatan relevan untuk memperkuat sektor padat karya dan mendorong perbaikan konsumsi.

        Baca Juga: AFTECH dan PERBANAS Perkuat Sinergi Perbankan dan Fintech untuk Perluas Akses Kredit Nasional

        “Sektor ini krusial karena 75% masyarakat bekerja di sektor padat karya, dan lebih dari 60% PDB serta kredit perbankan bersumber dari sektor-sektor ini; sehingga sedikit saja sektor padat karya terungkit, efek bergandanya akan sangat besar,” papar Aviliani.

        Ia menilai keseimbangan kebijakan diperlukan untuk mendukung pemulihan ekonomi. “Oleh karena itu, desain insentif dan arah kebijakan ke depan perlu lebih seimbang. Hilirisasi padat modal tetap berjalan; dan pada saat yang sama, sektor padat karya juga mesti didorong lebih kuat sebagai mesin utama penciptaan lapangan kerja,” katanya.

        Perbanas menilai bahwa pemulihan permintaan kredit tidak dapat dilepaskan dari penguatan daya beli masyarakat. Kedua faktor tersebut menjadi penekan utama pertumbuhan kredit pada 2025 dan diperkirakan masih menjadi tantangan pada awal 2026. Perbanas menekankan pentingnya koordinasi kebijakan untuk mengatasi hambatan konsumsi dan menjaga keberlanjutan intermediasi perbankan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Azka Elfriza
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: