Kredit Foto: Uswah Hasanah
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyoroti berhentinya aksi penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan entitas anak dalam dua tahun terakhir.
Hingga Desember 2025, jumlah BUMN dan anak usaha yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tetap 37 perusahaan, terdiri dari 14 induk BUMN dan 23 anak perusahaan, tanpa tambahan emiten baru sejak 2023. Kondisi ini memunculkan pertanyaan mengenai prospek IPO pelat merah di tengah kebutuhan pendalaman pasar modal.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, menjelaskan bahwa pihaknya terus mendorong peningkatan partisipasi perusahaan negara melalui edukasi dan pendampingan.
“OJK melakukan sosialisasi dan diskusi dengan perusahaan yang memiliki kesiapan untuk melakukan IPO, termasuk BUMN dan anak perusahaannya, guna meningkatkan pemahaman terkait proses penawaran umum serta mengidentifikasi hambatan yang dihadapi,” kata Inarno dalam keterangan tertulis, Jumat (12/12/2025).
Baca Juga: BEI Siap Kawal Rencana Merger BUMN di Tengah Konsolidasi Danantara
Ia menegaskan OJK tidak berada pada posisi menentukan apakah sebuah perusahaan akan mencatatkan saham di bursa. Keputusan IPO, menurutnya, tetap menjadi domain masing-masing manajemen dan pemegang saham.
OJK berperan memastikan prosesnya dilakukan secara profesional, transparan, dan memberikan perlindungan bagi investor. Upaya pendalaman pasar dilakukan bersama self-regulatory organization dan pelaku industri, termasuk perusahaan efek.
Meski belum ada aksi IPO baru oleh BUMN, peluang tersebut kembali terbuka seiring kehadiran Danantara Indonesia sebagai sovereign wealth fund baru. Chief Investment Officer Danantara, Pandu Sjahrir, menyebut lembaganya siap mendorong portofolio perusahaannya untuk memasuki pasar modal.
“Dari sisi supply, memang kami ingin perusahaan-perusahaan yang ada dalam Danantara siap untuk masuk menjadi emiten yang baik di bursa,” ujarnya dalam gelaran Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2025 di Gedung BEI, Oktober lalu.
Baca Juga: Purbaya Suntik PMN 2025 Senilai Rp 14,41 Triliun ke 4 BUMN, Ini Rinciannya!
Danantara menyiapkan rencana investasi senilai US$10 miliar atau sekitar Rp165,8 triliun untuk berbagai proyek, di mana 80% dialokasikan ke dalam negeri. Sebagian dana akan ditempatkan di pasar publik melalui instrumen saham dan obligasi. Pandu menyebut strategi ini dapat memperkuat permintaan dan likuiditas pasar modal Indonesia.
Selain mendorong IPO, Danantara menargetkan kenaikan bobot Indonesia dalam indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI), yang turun dari 2,5% menjadi 1%. Pandu berharap konsolidasi likuiditas dan penguatan fundamental pasar dapat mengangkat porsi Indonesia hingga 5%-8%. “Masa sih kita tidak bisa 5% atau 8%? Jadi, kalau boleh ke depannya, bursa bisa dong US$8 miliar trading volume per hari dan 8% dari bagian MSCI,” ujarnya.
Adapun BUMN terakhir yang masuk bursa ialah PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO), anak usaha Pertamina yang menghimpun dana Rp9,06 triliun pada 24 Februari 2023. Sejak saat itu, belum ada lagi perusahaan pelat merah yang melantai, meski OJK memastikan ekosistem dan infrastruktur regulasi tetap siap mendukung apabila ada perusahaan negara yang memutuskan melakukan IPO.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri