WE Online, Jakarta - Anna, pelanggan setia Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merasa kecewa atas seruan yang diutarakan Direktur Teknik PDAM Jaya Henry Limbong yang meminta warga untuk bijak dalam menggunakan air bersih.
Dia mengatakan bahwa seharusnya Henry sebelum melontarkan pernyataan ke publik ada baiknya untuk meninjau langsung ke beberapa lokasi di Jakarta Pusat yang sudah mengalami kekeringan air ataupun sulit mendapatkan air bersih.
"Air di rumah saya daerah Sawah Besar sudah enggak pernah keluar, apa itu bisa dibilang kekeringan?" tuturnya kepada Warta Ekonomi di Jakarta, Selasa (6/10/2015).
Terlebih, ia harus membayar abodemen per bulan meskipun tak pernah menggunakan air dari PDAM. "Sekalinya air keluar setiap pukul lima pagi. Setelah itu enggak keluar lagi, malah setiap bulan saya diharuskan rutin bayar abodemennya Rp15 ribu. Coba dipikir jarang dipakai, tapi harus bayar," cetusnya.
Oleh karena itu, ia berharap pemerintah segera mengambil langkah tegas untuk dapat menjawab persoalan seperti ini.
"Air kan dibutuhkan setiap hari untuk mandi, masak. Sering saya mengatasinya dengan membeli air bersih dari pedagang gerobak air maupun dipikul seharga Rp3 ribu untuk dua derigen. Coba pemerintah sekarang ini jangan hanya pencitraan semata," tegasnya.
Diberitakan sebelumnya, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jaya mengimbau kepada seluruh warga Jakarta, baik yang sudah terlayani air perpipaan maupun belum terlayani, agar lebih bijak dalam menggunakan air bersih.
"Kekeringan bukan hanya terjadi di Jakarta, tetapi juga seluruh Indonesia. Pelanggan pun harus bijak juga supaya kita bisa bagikan kepada non-pelanggan air perpipaan. Mari hemat air dan lebih bijak menggunakan air bersih," kata Direktur Teknik PDAM Jaya Henry Limbong.
Untuk mengantisipasi hal semua itu, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan Dinas Tata Air DKI Jakarta untuk meminjamkan truk-truk tanki airnya apabila kondisi kekeringan semakin memburuk, terutama di wilayah Jakarta Barat.
"Kita sudah lakukan antisipasi. Jika kemarau ini masih terus berlangsung, kita akan pinjam truk tanki air milik Dinas Tata Air. Biasanya, truk-truk itu dipakai saat darurat banjir untuk memberikan akses air bersih bagi korban banjir," ujar Henry.
Meskipun demikian, dia menuturkan bahwa untuk saat ini suplai mobil tanki air dari PDAM Jaya beserta kedua operatornya, yakni Palyja dan Aetra masih cukup untuk melayani warga Jakarta Barat.
"Ada sekitar 19 mobil tanki air yang dikirim oleh Palyja, tujuh mobil tangki air dari Aetra, dan tiga unit mobil tangki air dari kami (PDAM Jaya). Kami rasa itu sudah cukup. Tapi, kalau masih kurang, kami akan pinjam dari Dinas Tata Air," tutur Henry.
Dia mengungkapkan mobil-mobil tanki air tersebut sangat penting untuk menyuplai air bersih di wilayah yang mengalami kekeringan di Jakarta Barat, terutama bagi warga yang belum terlayani air perpipaan, mengingat kualitas air tanah di sana sangat buruk.
"Misalnya, di rumah susun (rusun) Daan Mogot yang air tanahnya sudah kuning dan asin. Sebelumnya tidak disuplai air perpipaan, namun akhirnya kita buatkan pengolahan air bersih di sana khusus untuk warga rusun," pungkas Henry.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: