WE Online, Jakarta - Hermes, produsen barang mewah dari Prancis, mengatakan pihaknya belum melihat bisnis di Paris pulih pasca-serangan pada November 2015 lalu. Selain itu, mereka juga memperingatkan potensi perlambatan pertumbuhan penjualan secara global pada tahun 2016 ini.
Hermes yang terkenal dengan syal sutra warna-warni dan tas kulitnya mengatakan pertumbuhan di pasar domestik Prancis melambat hingga 1% pada kuartal IV-2015. Demikian seperti dikutip dari laman Channel NewsAsia di Jakarta, Jumat (12/2/2016).
"Arus turis belum kembali normal," kata CEO Hermes Axel Dumas mengacu pada serangan Paris.
Hermes meramalkan pertumbuhan penjualan pada tahun 2016 ini bisa di bawah target jangka menengah sebesar 8% karena ketidakpastian ekonomi dan geopolitik global.
China menjadi satu titik terang bagi Hermes di tahun 2015 di mana penjualan naik hampir 10%, sebagian didorong oleh pembukaan toko baru. Sementara perdagangan di Hong Kong dan Makau lebih rendah dari yang diharapkan.
Pendapatan produk kulit naik 14,3% dalam tiga bulan terakhir tahun 2015, sementara fesyen dan pakaian siap pakai tumbuh 3,7%, kata Hermes.
Divisi Fashion dan Produk Kulit dari kelompok barang mewah terbesar di dunia, LVMH, pekan lalu mengalahkan ekspektasi dengan kenaikan tiga persen pendapatan kuartalan. Penjualan Burberry tetap datar tidak ada kenaikan, sementara pendapatan Richemont turun empat persen, terpukul oleh lemahnya permintaan di Hong Kong.
Hermes mengatakan penjualan sutra dan tekstil turun 7,2% pada kuartal keempat disebabkan oleh peristiwa akhir tahun di Perancis.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: