WE Online, Jakarta - "Jika Anda punya semangat, punya mimpi, Anda berarti belum tua," kata Gubernur Kepulauan Riau Muhammad Sani mengutip puisi kesukaannya di suatu siang sebelum Pilkada Kepri 2015.
Saat itu, Muhammad Sani mementahkan kepesimisan banyak orang yang menganggapnya terlalu tua untuk maju dalam Pilkada Kepri. Ia menegaskan usia hanyalah angka, yang terpenting adalah semangat dan kerja keras untuk mewujudkan mimpi.
Mimpi pria yang senang disapa "Ayah" itu adalah masyarakat Kepri yang sejahtera, memiliki infrastruktur dan akses transportasi antar pulau yang mumpuni demi membuka keterisoliran. Jauh sebelum rencana tol laut mengemuka, Sani sudah memikirkan cara menyatukan pulau-pulau dengan transportasi handal.
"Konektivitas" adalah kata yang tidak pernah hilang dari setiap ceramahnya, setiap kata sambutannya dalam acara-acara besar maupun kecil.
Tidak sekedar berkhayal dan berkata-kata, ia benar-benar mengejawantahkan mimpinya membangun konektivitas dengan mengupayakan pengadaan kapal perintis, pembangunan bandara dan pelabuhan. Sani, di usia lebih dari 70 tahun tetap melaut, naik-turun kapal, menghadang gelombang tinggi ke pulau-pulau terpencil, demi memastikan proyek-proyek infrastruktur terbangun dengan baik.
Bandara Raja Haji Fisabilillah di Tanjungpinang, pelabuhan-pelabuhan di pulau-pulau kecil di Kabupaten Natuna, Kabupaten Kepulauan Anambas, interkoneksi listrik Batam-Bintan dan sejumlah kapal perintis yang melayari Kepri adalah bukti bahwa Sani berhasil mewujudkan mimpinya.
Muhammad Sani, putra kedua dari 10 anak H Subakir dan Hj Tumirah, keluarga pekebun kopi, rambutan dan pinang adalah sosok pekerja keras yang tidak pernah kalah dengan usia. Di tengah sakit yang mendera, ia tetap berangkat ke Jakarta untuk menghadiri pertemuan para kepala daerah dengan Presiden Joko Widodo di istana pada Jumat (8/4/2016). Dia tidak ingin mengecewakan banyak pihak.
Sayang, kali ini, suami dari Aisyah itu harus menyerah. Sesaat tiba di istana, sakitnya bertambah parah sehingga harus dilarikan ke RS Abdi Waluyo hingga ajal menjemputnya di usia 74 tahun.
Di masa hidupnya, Muhammad Sani menjadi aspirasi banyak pihak. Sani memulai karier sebagai pegawai rendahan di Kecamatan Bintan Timur yang kerjanya hanya membuat amplop, kemudian pelan-pelan kariernya terus menanjak hingga menjadi camat, bupati, hingga gubernur dua periode.
Kakek enam cucu itu menganggap hidupnya penuh dengan keberuntungan. Bagai Untung Sabut, sesuai dengan judul biografinya yang diluncurkan 15 Mei 2011. Untung sabut bermakna tidak ada orang yang dapat menghindar dari takdir, dan manusia mau tidak mau harus akur dengan takdir.
Sani lahir dari keluarga tergolong miskin di Parit Mangkil, Desa Sungai Ungar, Tanjungbatu Kuncur, Karimun, Kepulauan Riau pada 11 Mei 1942. Dalam peluncuran buku, sekira lima tahun lalu itu, Sani menjabarkan keberuntungan demi keberuntungan yang dialaminya.
Misalnya saja, saat patah semangat karena tidak mampu membayar uang sekolah, seorang guru ilmu ukur sudut (matematika), Simanjuntak, datang ke rumah dan membujuk supaya sekolah lagi tanpa dipungut biaya.
Semasa hidupnya, Sani menduduki banyak jabatan, antara lain Camat Mandau (1973-1976), Kabag Personalia Kantor Wali Kota Pekanbaru (1976-1978), menyelesaikan studi kesarjanaan di Institut Ilmu Pemerintahan, Jakarta (1978-1980) kemudian menjadi Camat Bintan Timur (1980-1982), Wali Kota Tanjungpinang (1985-1993), Sekretaris Daerah Kodya Batam (1996-1999), Bupati Karimun (2001-2005), Wagub Kepri (2005-2010).
Mengenang Sani Kepergian Muhammad Sani meninggalkan banyak memori di benak anak buah, kerabat dan seluruh masyarakat Kepri. Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa Provinsi Kepri, Buralimar mengenang Sani sebagai sosok yang tidak pernah tua dan tidak pernah lelah bekerja dan mengabdi untuk kesejahteraan Kepri.
"Daya ingatnya luar biasa, tidak pernah lupa. Luar biasa," kata Meskipun sudah berusia sepuh, namun Muhammad Sani tidak pernah lupa dengan apa pun tugas yang diberikan kepada stafnya. Ia selalu mengecek apakah stafnya mengerjakan yang diminta pada waktu-waktu selanjutnya.
Buralimar juga mengenang Muhammad Sani sebagai seseorang yang memiliki semangat tinggi. Gubernur tidak pernah lelah untuk "blusukan" ke pulau-pulau kecil untuk mengecek pembangunan infrastruktur di pesisir, juga demi menjalin silaturahmi dengan masyarakat.
Satu nasehat Muhammad Sani yang selalu diingat Buralimar, "walking, learning, and good relationship by heart".
"Silaturahmi, itu nasehatnya. Karena silaturahmi dapat memurahkan rezeki dan memanjangkan umur," kenang Buralimar.
Kepala Dinas Pariwisata Kepri Guntur Sakti mengenang Gubernur Muhammad Sani sebagai pelatih yang tidak pernah letih mengabdi.
"Pak Sani adalah mentor dan 'coach' yang tidak pernah pensiun dan mengabdi sampai akhir hayatnya," kata Guntur.
Terbukti, di akhir hayatnya, Gubernur tetap bertekad menghadiri pertemuan kepala daerah di Jakarta. Meski akhirnya Muhammad Sani merasa sakit hingga dilarikan ke rumah sakit. Anggota DPRD Kepri Surya Makmur Nasution mengenang Muhammad Sani sebagai pemimpin yang sederhana dan baik.
"Saya mengenal almarhum ketika menjabat Bupati Karimun. Sikapnya tegas dalam mengambil keputusan dan berkomitmen untuk kesejahteraan masyarakat Kepri, khususnya rakyat di pulau-pulau," katanya.
Salah satu bukti kerja kerasnya adalah penyediaan kapal perintis untuk menghubungkan antar pulau dan pembangunan energi listrik yang menghubungkan Batam-Bintan, kata Surya. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: