WE Online, Jakarta - Peluncuran Satelit BRISat yang direncanakan dilakukan 8 Juni 2016 ternyata ditunda. Peluncuran satelit tersebut kembali dijadwalkan pada 16 Juni 2016 pukul 05.30 am waktu Guyana Prancis atau 17 Juni 2016 pukul 03.30 Waktu Indonesia Barat.
Direktur Utama BRI, Asmawi Syam, mengatakan penundaan peluncuran selama 8 hari itu bukan disebabkan masalah teknis. Tapi hanya penyesuaian kesiapan peluncuran statelit yang lain. Pada saat bersamaan juga akan diluncurkan ECO Start milik Amerika Serikat.
Menurut Asmawi, tidak ada kerugian akibat penundaan tersebut, sebab pemerintah sendiri merencanakan waktu peluncuran antara Bulan Juni hingga Juli 2016. Jadi meskipun ada perubahan rencana, namun masih cukup cepat dari waktu yang direncanakan.
Setelah diluncurkan, nantinya satelit masih akan melalui beberapa fase seperti fase orbit antara 10-12 hari. Setelah in orbit yang berada di langit Papua Indonesia, akan dilakukan tes orbit untuk memastikan satelit berfungsi dengan baik.
Kalau sudah terjadi semua dan berjalan, baru dilakukan penghitungan yang sangat teknis. Baru hand over, diserahkan dari SSL ke BRI. Pada saat connect apakah nyambunh ke stasiun di bumi.
"Jadi perjalanan masih panjang, dan semua ini masih di tangan SSL sebelum diserahkan ke BRI," jelas Asmawi.
Menurut Asmawi, satelit BRISat menjadi satelit pertama di dunia yang beroperasi khsus untuk perbankan. Atau dalam istilah internasional disebut sebagai Financial Satelit.
Tujuan peluncuran satelit ini, untuk memperluas jangkauan perbankan di Indonesia. Satelit BRISat akan dipakai sendiri untuk kepentingan layanan perbankan BRI untuk melayani nasabah yang selama ini belum terlayani.
Menurut Asmawi, kepemilikan satelit bagi BRI untuk lebih memperkuat posisi BRI untuk menghadapi era digitalisasi. Dimana saat ini era digitalisasi telah berkembang luar biasa. Maka agar dapat bersaing maka perlu meningkatkan layanan dan pengembangan produk, yang saat ini tidak konvensional lagi.
"BRI juga punya komitmen, finansial inclusi yang harus ditunjang dengan teknologi, agar masyarakat dilayani sama cepat, sama akurat, di kota, kabupaten, dan desa-desa," urainya.
Wakil Direktur Utama BRI, Sunarso menambahkan, semua jasa keuangan perbankan memiliki satelit, namun banyak yang masih menyewa. Seperti BRI, selama ini juga menyewa dengan biaya sewa mencapai RP500 miliar per tahun. Sementara jika harga satelit BRISat dengan harga Rp2,5 triliun, dengan usia 15 tahun.
"Satetit ini bisa dipakai 15 tahun plus dua, artinya bisa dipakai dua tahun lagi setelah usianya habis. Maka akan ada penghematan biaya dari pada menyewa," jelas Sunarso.
Dengan memiliki satelit sendiri dengan kapasitas 45 transponder, juga lebih besar dari pada saat menyewa yang hanya mendapatkan 32 transponder. Dengan demikian kapasitas menjadi lebih besar dan akses menjadi lebih cepat. Dengan demikian jangkauan akan menjadi lebih luas dan dapat melayani nasabah dengan lebih banyak lagi.
"Saat ini infrastruktur di bawah sedang kami persiapkan," jelas Sunarso.
Selain itu kerahasiaan data juga akan lebih terjamin dari pada menyewakan dari satelit milik luar negeri. Diharapkan perbankan nasional mengikuti jejak BRI.
"Tapi satelit ini akan kami pakai sendiri, tidak akan kami sewakan sebab kami bukan perusahaan penyewa. Kita tidak mengomersilkan, tapi untuk lebih mempermudah peningkatan layanan," katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Cahyo Prayogo
Advertisement