Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jelang Referendum, Kampanye Menentang dan Mendukung 'Brexit' Kian Intensif

Warta Ekonomi, Jakarta -

Kampanye mendukung dan menentang keanggotaan Inggris di Uni Eropa (EU) kian intensif menjelang referendum Brexit pada 23 Juni mendatang. Hasil rata-rata enam jajak pendapat terakhir menunjukkan bahwa rakyat Inggris persis terbagi dua, di mana 50 persen mengatakan mereka akan memilih keluar dan 50 persen mengatakan mereka ingin tetap tergabung dalam Uni Eropa.

Tokoh anti-EU yang merupakan mantan walikota London Boris Johnson mengatakan bahwa struktur blok tersebut akan berujung pada kegagalan. Sedangkan Perdana Menteri David Cameron yang pro-EU memperingatkan bahwa keluarnya Inggris dari EU akan memicu resesi ekonomi.

Mengutip Reuters di Jakarta, Jumat (17/6/2016), Johnson dalam sebuah wawancara mengatakan bahwa blok tersebut merujuk pada gagalnya kampanye militer Napoleon dan Hitler untuk menyatukan benua itu di bawah satu pemerintahan, dan menuduh EU "berupaya melakukan hal yang sama dengan metode berbeda."

Sementara itu, David Cameron dalam pidatonya mengenai keamanan nasional, memperingatkan bahwa Brexit akan meningkatkan risiko perang jika Inggris memilih keluar dari Uni Eropa. Ia menyoroti pertempuran Trafalgar, Blenheim, Waterloo dan dua Perang Dunia sebagai bukti bahwa Inggris tidak bisa berpura-pura menjadi negara yang "kebal dari konsekuensi" dari peristiwa di Eropa.

"Apabila kita memilih untuk meninggalkan EU pada 23 Juni, artinya kita memilih harga lebih mahal, lapangan pekerjaan lebih sedikit, pertumbuhan lebih rendah, sama saja dengan memilih resesi," kata Cameron kepada para pendukungnya.

Ia kemudian mengutip data departemen keuangan yang memperkirakan bahwa keluar dari EU akan merugikan keluarga Inggris masing-masing lebih dari 6.000 dolar. Sejalan dengan PM Inggris, walikota London Sadiq Khan berjanji akan berkampanye keras untuk membujuk warga Inggris agar memilih tetap menjadi anggota Uni Eropa dalam referendum 23 Juni.

Kepada kantor berita the Associated Press, Khan mengatakan bahwa pemimpin harus mendatangi tiap rumah, tiap jalan, dan tiap kota, untuk membujuk pemilih dalam penentuan yang sejauh ini tampak seimbang. Khan, dari Partai Buruh, bersama Perdana Menteri David Cameron, seorang konservatif, selama ini berkampanye agar Inggris tidak keluar dari Uni Eropa.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: