Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis (27/10/2016) pagi, bergerak melemah sebesar 24 poin menjadi Rp13.022 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp12.998 per dolar AS.
"Rupiah stabil di level Rp13.000 di tengah pergerakan dolar AS yang cenderung menguat di perdagangan Asia," kata ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Kamis.
Rangga Cipta menambahkan bahwa fluktuasi rupiah masih dibayangi sentimen negatif menyusul lembaga pemeringkat Standard & Poor's (S&P) memberi sinyal belum akan memberikan peringkat layak investasi.
Akan tetapi, lanjut dia, tingkat kemudahan investasi versi Bank Dunia yang naik signifikan memberikan sokongan terhadap sentimen positif domestik yang dapat menjaga stabilitas mata uang rupiah. APBN 2017 yang akhirnya disahkan juga akan turut mengurangi beberapa ketidakpastian.
Sementara itu,analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri mengatakan bahwa pergerakan rupiah masih bergerak di kisaran terbatas seiring dengan aksi pelaku pasar uang yang mengambil posisi "wait and see" terhadap sentimen global, terutama dari Amerika Serikat.
"Sentimen global masih mendominasi terhadap pergerakan mata uang dunia," kata Reny.
Menurut dia, sentimen yang menjadi fokus pelaku pasar uang yakni pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mengenai rencana kenaikan suku bunga acuannya dan pemilu presiden AS pada awal November tahun ini.
Sementara dari dalam negeri, lanjut dia, pelaku pasar uang menanti data inflasi Oktober 2016 dan laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) kuartal III 2016 yang sedianya akan dirilis pada November mendatang. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto
Advertisement