Ekonom Chatib Basri menilai Bank Sentral AS The Federal Reserve (the FED) tidak akan menaikkan suku bunga acuannya, seperti yang diperkirakan pelaku pasar bahwa suku bunga the FED akan naik pada Desember 2016 sebesar 25 basis poin.
Menurut Chatib, hal ini karena meningkatnya ketidakpastian ekonomi di Amerika Serikat, menyusul sentimen pasar terhadap rencana kebijakan Presiden AS terpilih Donald Trump.
"Ketidakpastian saat ini masih sangat tinggi di AS. Kalau The Fed menaikkan lagi, itu efeknya ke ekonomi AS akan cukup signifikan," kata dia di Jakarta, Rabu (16/11/2016).
Oleh karena itu, lanjut Chatib The Fed akan lebih memilih menahan suku bunga, sembari menunggu kebijakan ekonomi yang akan direalisasikan Trump.
"Jika Trump benar-benar akan mengekspansi belanja pemerintah, dan di sisi lain tetap mengurangi pajak penghasilan, sehigga memperlebar defisit anggaran, maka The Fed baru akan menaikkan suku bunga acuannya," ungkap Chatib.
Mantan Menteri Keuangan ini melihat The Fed akan merespon kebijakan ekspansif pemerintah AS,--yang akan membuat suku bunga instrumen keuangan di AS meningkat--, menyusul "stimulus" besar-besaran dari Trump.
"Mau tidak mau jika memang ekspansif, AS harus menutup defisitnya dengan obligasi. Kalau dia keluarkan obligasi, dia serap uang dari pasar, itu tingkat bunganya mau tidak mau akan naik," kata dia.
Setelah rencana kenaikan empat kali suku bunga The Fed pada tahun ini gagal terealisasi, ekspetasi pelaku pasar sudah sedemikian besar untuk menyambut kenaikan bunga The Fed pada Desember 2016 ini dari level terkini di 0,25-0,5 persen.
Namun, pascakemenangan Donald Trump, kebijakan moneter The Fed pun kembali dipertanyakan. Donald Trump dalam kampanye politiknya saat berkompetisi menjadi Presiden AS, melontarkan gagasan proteksionisme dan konservatif, serta belanja fiskal yang ekspansif.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Cahyo Prayogo
Advertisement