Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Likuiditas Dolar AS Memburuk, Zimbabwe Terbitkan Mata Uang Sendiri

Likuiditas Dolar AS Memburuk, Zimbabwe Terbitkan Mata Uang Sendiri Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Zimbabwe akhirnya menerbitkan uangnya sendiri untuk pertama kalinya, setelah tujuh tahun lalu dilarang digunakan akibat inflasi yang tak terkendali. Bond note Zim atau Dolar Zim, yang bernilai US$ 1, telah menimbulkan kekhawatiran akan terulangnya kembali kejadian di masa lalu saat nilai dolar Zim runtuh.

Langkah yang pertama kali diumumkan pada bulan Mei tersebut telah memicu protes terbesar dalam satu dekade terhadap Presiden Mugabe. Pemerintah menerbitkan Dolar Zim tersebut untuk mengatasi kekurangan likuiditas dolar AS yang memburuk.

Pemerintah mengatakan Dolar Zim merupakan alat pembayaran yang sah di Zimbabwe, namun tidak valid di luar negeri, serta berhara bahwa pengganti uang tunai tersebut dapat menghentikan aliran dolar AS terbang ke luar Zimbabwe, demikian seperti dikutip dari laman BBC di Jakarta, Selasa (29/11/2016).

Untuk tahap awal, dolar Zim senilai US$ 10 juta diperkenalkan dalam pecahan $ 2 dan $ 5. Uang $ 2 setara dengan 1 dollar AS. Kelompok bisnis menyambut langkah tersebut sebagai cara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun, pihak oposisi pemerintah, buruh, dan berbagai grup masyarakat berencana menggelar protes pekan ini.

Akibat peluncuran uang baru ini, warga Zimbabwe berbondong-bondong mengantre di bank untuk menarik simpanan dolar AS, lantaran khawatir kurs dolar Zim tak akan mampu mengimbangi paritas. Sekadar mengingatkan, dolar Zim pernah digunakan sampai tahun 2008 hingga akhirnya dibatalkan pada tahun 2009. Ketika itu, inflasi memukul sampai 231.000.000 persen.

Harga sebutir telur pernah mencapai $ 50 miliar. Regulator moneter ketika itu sempat mencetak uang dengan pecahan $ 100 triliun untuk mengimbangi kenaikan harga barang. Hingga kini, kenangan runtuhnya dolar Zimbabwe pada tahun 2009, dan hiperinflasi yang menyebabkan kehancuran, masih tertanam di hati warga Zimbabwe.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Gregor Samsa
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: