Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kadin: Optimalkan Bonus Demografi Genjot Pertumbuhan Ekonomi

Kadin: Optimalkan Bonus Demografi Genjot Pertumbuhan Ekonomi Kredit Foto: Cahyo Prayogo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menginginkan pemerintah dapat benar-benar mengoptimalkan bonus demografi yang dimiliki Republik Indonesia guna menggenjot pertumbuhan ekonomi di Tanah Air.

"Bonus demografi bisa dimanfaatkan untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi maka Kadin mendukung upaya pemerintah untuk menggenjot pendidikan vokasi," kata Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan P Roeslani dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis (1/12/2016).

Menurut Rosan, pendidikan vokasional ditujukan untuk menjadikan lulusan sekolah memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri dan lebih siap bekerja di sektor riil.

Untuk itu, ujar dia, kunci sukses dari program tersebut adalah program magang siswa/mahasiswa kejuruan untuk benar-benar praktek kerja di industri dengan "dual system" (sistem dwi).

Karena itu, lanjutnya, dukunganpara pelaku usaha yang mayoritas tergabung dalam Kadin sangat diperlukan untuk memastikan program magang berjalan dengan optimal dan sekaligus diikuti proses perekrutan oleh para pelaku usaha yang tergabung dalam Kadin.

Bonus demografi atau disebut "demographic window" dalam bahasa Inggris, kerap didefinisikan sebagai keadaan ketika proporsi populasi kelompok usia pekerja mengungguli populasi kelompok non-usia pekerja.

Sementara Departemen Populasi PBB mendefinisikannya sebagai peridoe ketika proporsi anak-anak dan pemuda di bawah 15 tahun jatuh di bawah 30 persen populasi dan proporsi manula atau orang berusia di atas 65 tahun berada di bawah 15 persen populasi.

Kesempatan untuk mendapatkan bonus demografi biasanya berlangsung puluhan tahun, seperti benua Eropa diperkirakan mengalami hal tersebut pada periode tahun 1950-2000.

Kemudian, hal itu juga terjadi di Jepang mulai tahun 1965, Amerika Serikat mulai 1970, Hongkong dan Singapura mulai 1980, Korea mulai 1985, dan China mulai 1990.

Sedangkan di banyak negara kawasan Asia Tenggara seperti Brunei, Indonesia, Vietnam, mengalaminya mulai 2005, Malaysia mulai 2010, dan Filipina mulai 2015.

Masyarakat yang memasuki kondisi bonus demografi itu mendapatkan keuntungan yaitu rasio dependensi (ketergantungan terhadap populasi usia pekerja) sehingga berpotensi meraih pertumbuhan ekonomi tinggi karena meningkatnya investasi dalam aspek sumber daya manusia. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Advertisement

Bagikan Artikel: