Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Senin pagi (27/2/2017) bergerak menguat sebesar 16 poin menjadi Rp13.327, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.343 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Senin mengatakan, apresiasi nilai tukar rupiah masih terbawa arus global, dan dolar AS cenderung melemah di kawasan Asia menyusul belum adanya rinci kebijakan dari Presiden AS Donald Trump mengenai insentif pajak pada proposal anggaran belanja.
"Situasi di AS itu menekan ekspektasi kenaikan suku bunga AS yang juga tercermin pada yield US Treasury yang turun drastis sehingga berdampak negatif pada mata uangnya," katanya.
Kendati demikian, lanjut dia, sentimen negatif dari angka inflasi Februari 2017 yang diproyeksikan naik, dipercaya membatasi ruang penguatan rupiah. Sedianya Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data inflasi pada Rabu (1/3) nanti.
"Inflasi diperkirakan sebesar 3,9-4 persen 'year on year (YoY), atau naik hampir 50 basis poin. Kondisi itu membuat ruang penguatan rupiah diperkirakan menjadi terbatas," katanya.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa meski belum jelas kebijakan ekonomi dari Presiden AS dan potensi kenaikan suku bunga AS, namun tampaknya sebagian pelaku pasar telah meresponnya dan mengantisipasi dengan kembali memburu dolar AS, sehingga membuat laju rupiah cenderung terbatas.
Di sisi lain, lanjut dia, laju mata uang euro yang cenderung melemah menyusul kekhawatiran penyelenggaraan pemilu Presiden Perancis dan dampak Brexit (Inggris keluar dari Uni Eropa) sehingga berakibat pada laju dolar AS turut menahan apresiasi rupiah. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto
Advertisement