Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

APBI Minta PLN Serap Produksi Batu Bara

APBI Minta PLN Serap Produksi Batu Bara Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Batu Bara Indonesia (APBI) Supriatna Suhala meminta kepada PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) agar menyerap hasil batu bara sebagai operasional menghasilkan energi.

"Harusnya PLN menyerap semua hasil batu bara tanpa mempermasalahkan soal harga, karena nilainya masih di bawah dari minyak dan gas," kata Supriatna ketika ditemui di salah satu hotel Jakarta, Rabu (1/3/2017).

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa harga batu bara masih rendah dibandingkan dengan minyak dan gas yang biasanya digunakan oleh PLN sebagai bahan bakar, sehingga secara materi tidak akan membuat kerugian.

"Walaupun harga batu bara naik 5 sampai 10 persen, itu tidak menjadi masalah harusnya, karena masih di bawah gas bumi," ucapnya.

Ia juga menyarankan kepada pemerintah agar tidak memberikan subsidi lagi kepada batu bara, mengingat jumlah pasokan masih banyak dan harga masih rendah.

Menurutnya, lebih baik memberikan subsidi fokus pada pengembangan energi baru terbarukan (EBT), sesuai dengan peraturan menteri No. 12 tahun 2017 yang merangsang pertumbuhan energi nasional dari EBT.

Selama ini PLN dinilai merugi karena penggunaan bahan bakar minyak dan gas panas bumi. "Untuk memanaskan uap dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), ganti saja dari bahan bakar diesel itu menjadi batu baru, karena di harga pasaran masih bisa mengurangi ongkos produksi listrik," tutur Supriatna.

APBI menilai perbedaan harga batu bara pada skala nasional dianggap sebagai penghambat dari daya serap hasil produksi sebagai pasokan bahan bakar.

Akibat dari kurangnya serapan pada skala nasional, banyak pengusaha batu bara yang mengalami pengurangan produksi hingga mengalami kerugian. Di sisi lain, permintaan batu baru untuk eskpor masih besar, namun pemerintah justru membeli bahan bakar yang lebih mahal dari luar negeri. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: