Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pemkab Boyolali Galakkan Konsumsi Pangan Non-beras

Pemkab Boyolali Galakkan Konsumsi Pangan Non-beras Kredit Foto: Fajar Sulaiman
Warta Ekonomi, Boyolali -

Pemerintah Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, terus menggalakkan terhadap masyarakat dalam upaya meningkatkan konsumsi bahan pangan nonberas.

"Kami berupaya nonberas sebagai bahan pangan pokok untuk terus meningkatkan produksi panen, di samping mengedukasi masyarakat lebih variatif dalam mengolah bahan pangan," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan Boyolali Bambang Purwadi di sela acara lomba cipta menu makanan nonberas dan tepung terigu di Boyolali, Selasa (28/3/2017).

Bambang Purwadi mengatakan bahwa komoditas jagung dan ubi kayu sangat mungkin untuk menjadi bahan pangan alternatif pengganti beras.

Akan tetapi, lanjut dia, tingkat konsumsi kedua bahan pangan nonberas di Boyolali masih rendah.

"Sekitar 75 persen produksi kedua komoditas itu untuk pakan ternak, sedangkan untuk konsumsi rumah tangga sekitar 25 persen," katanya.

Bambang menjelaskan data jumlah produksi dan kebutuhan pangan di Boyolali hingga akhir 2016. Misalnya, beras masih surplus 68.170 ton dari total produksi sebanyak 247.944 ton. Berikutnya, jagung juga surplus 117.956 ton dari total 162.361 ton, dan ubi kayu surplus 19.011 ton dari total 70.239 ton.

Namun, kata Bambang, komoditas pangan yang masih minus di Boyolali, yakni ubi jalar dengan kebutuhan pangan sebanyak 4.626 ton, sedangkan produksi hanya 100 ton.

Selain itu, komoditas kacang tanah dengan kebutuhan pangan sebanyak 2.428 ton, produksinya hanya 2.165 ton, dan kedelai kebutuhan mencapai 7.661 ton tetapi produksinya hanya 4.206 ton.

"Konsumsi jagung dan ubi kayu untuk rumah tangga biasanya di perdesaan yang masih menjadikan kedua bahan pangan itu sebagai menu pangan pokok selain beras," katanya.

Menurut dia, beberapa desa di Boyolali masih ada yang mengomsumsi nasi jagung sebagai bahan makanan pokok karena bahan pangan itu berkaitan erat dengan tradisi dan budaya masyarakat setempat.

Bambang Purwadi mengatakan bahwa jagung dan ubi kayu juga dapat menjadi produk bernilai tinggi jika mengetahui cara pengolahannya.

Bahkan, komoditas jagung selain untuk konsumsi pakan ternak masih dapat diolah seperti dijadikan tepung.

Kendati demikian, kata Bambang, sudah ada perubahan pola konsumsi masyarakat dalam 3 tahun terakhir.

Berdasarkan pendataan 2015, tingkat konsumsi beras per tahun di Boyolali sebanyak 95,9 kilogram per kapita, atau menurun dari beberapa tahun sebelumnya yang tingkat konsumsinya masih di atas 100 kg/kapita.

"Masyarakat konsumsi jagung di Boyolali masih rendah, sekitar 16,51 kg/kapita/tahun, dan ubi kayu 56,30 kg/kapita/tahun," katanya. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: