Nilai impor melalui Sumatera Utara pada bulan Februari 2017 lalu tercatat sebesar US$263,30 juta atau turun 23,77 persen dibandingkan bulan Januari 2017 yang mencapai US$345,38 juta. Bila dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya, nilai impor bulan Februari 2017 mengalami penurunan 9,78 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik?Sumut Syech Suhaimi mengatakan bahwa dari total impor sebesar US$263,30 juta, impor bahan baku penolong memberikan peran terbesar, yaitu 58,89 persen dengan nilai US$155,05 juta. Diikuti impor barang konsumsi sebesar 23,63 persen (US$62,22 juta) dan impor barang modal sebesar 17,48 persen (US$46,03 juta).
"Jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, nilai impor dari golongan barang modal pada periode Januari-Februari 2017 naik US$36,23 juta (34,44 persen) diikuti nilai impor bahan baku penolong naik US$21,85 juta (7,14 persen ), sedangkan nilai impor barang konsumsi turun sebesar US$15,76 juta (-10,17 persen)," katanya di Medan, Selasa (4/4/2017).
Ia mengatakan produk yang mengalami peningkatan nilai impor terbesar bulan Februari 2017 yaitu golongan gandum ganduman (HS 10) sebesar US$6,91 juta (96,98 persen), sedangkan golongan barang yang mengalami penurunan nilai impor terbesar adalah mesin-mesin/pesawat mekanik (HS 84) sebesar US$45,29 juta (-60,15 persen).
Disampaikan, nilai impor bulan Februari 2017 dari Tiongkok merupakan yang terbesar yaitu sebesar US$63,68 juta atau?mencapai 24,19 persen dari total impor Sumatera Utara. Diikuti Singapura sebesar US$47,08 juta (17,88 persen) dan Malaysia sebesar US$29,24 juta (11,11%).
"Nilai impor bulan Februari 2017 dibanding Januari 2017, golongan barang modal turun 51,77 persen, golongan bahan baku penolong turun 10,30 persen, dan golongan barang konsumsi turun 19,29 persen," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement