Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

JobSmart Menjadi Start-up yang Solutif

JobSmart Menjadi Start-up yang Solutif Kredit Foto: Ning Rahayu
Warta Ekonomi, Jakarta -

Setiap perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja atau karyawan, biasanya akan melakukan rekrutmen yang umumnya perusahaan memiliki cara yang hampir sama, yaitu dimulai dengan proses seleksi data riwayat hidup atau curriculum vitae (CV). Setelah seleksi CV dilakukan, biasanya pihak perusahaan yang menangani SDM perusahaan, yaitu Human Resources Departmen (HRD) akan melakukan tahap rekrutmen selanjutnya seperti tes psikotes (tertulis) dan interview (lisan).?

Namun aktivitas tersebut ternyata dianggap sebagai aktivitas yang membosankan dan tidak produktif. Hal itu dikatakan Peter Wijaya (27), seorang pemuda asal Indonesia yang pernah menjalani peran sebagai HRD selama kurang lebih 3,5 tahun.?

?Pekerjaan ini berawal dari saat saya menjadi HRD. Menyeleksi banyak CV berulang-ulang setiap kali perusahaan membuka lowongan akan sangat membosankan dan tidak produktif,? keluh Peter kepada Warta Ekonomi beberapa waktu lalu, di Jakarta.

Menurut pria kelahiran Jakarta, 6 Maret 1990 tersebut, proses rekrutmen yang biasa dilakukan HRD seringkali melewatkan banyak kandidat yang potensial atau yang karakternya dibutuhkan perusahaan. Karena baginya, menyeleksi tumpukan berkas CV yang jumlahnya ratusan bahkan ribuan untuk sebuah lowongan akan menyita banyak waktu dan energi. Kemudian terkadang, HRD hanya melihat dari foto kandidat saja untuk memutuskan layak atau tidaknya pelamar tersebut mengikuti tahap seleksi selanjutnya.?

Selain itu, Peter juga berpikir bahwa ada ketidakadilan, jika CV dengan sedikit pengalaman harus dinomorduakan. Karena menurutnya, tidak memiliki pengalaman belum tentu tidak bisa bekerja dan tidak memiliki potensi untuk berprestasi atau memiliki kinerja yang baik di sebuah perusahaan.

?Dasarnya kita melihat tidak adil jika fresh graduate yang belum memiliki pengalaman dan belum pernah magang atau berorganisasi, maka curriculum vitae-nya akan sedikit. Sehingga kemungkinan ia masuk ke tahap selanjutnya sangat kecil dibandingkan dengan orang yang punya pengalaman,? kata Peter.?

Peter pun mulai menentukan arah untuk membuat sebuah perubahan di bidangnya. Sampai akhirnya di tahun 2015, ide brilian Peter pun hadir sebagai sebuah solusi bagi fenomena yang menurutnya adalah permasalahan, yaitu proses rekrutmen manual yang tidak efisien.?

Bersama dengan seorang sahabatnya yang dikenal sejak duduk di bangku kuliah, yaitu Tiffany Effendi, Peter pun membuat platform yang diperuntukkan bagi perusahaan-perusahaan yang sedang membutuhkan karyawan. Untuk operasional JobSmart, Peter mengaku mendapatkan modal dari investor perorangan yang berkomitmen untuk membantu JobSmart hingga sukses.

Peter pun sangat bersyukur karena bisa mendapatkan investor yang sudah siap mem-back up segala kebutuhan bisnis pertamanya tersebut. Platform yang diberi nama ?JobSmart? dan resmi menjadi perseroan terbatas pada Juli 2015 sebagai PT Kerja Pintar Indonesia tersebut berfungsi sebagai penyeleksi kandidat calon karyawan dengan beberapa tes yang biasa diujikan HRD dalam tes tertulis dan interview.

Sehingga perusahaan hanya tinggal menerima rekomendasi kandidat yang sudah memiliki score berdasarkan penilaian dari JobSmart. ?JobSmart ini menyeleksi berdasarkan tes kepribadian atau psikotes. Mengukur intelegensi, kepribadian, ketelitian. JobSmart juga memiliki tim psikolog yang terus melakukan penyesuaian tes dengan kebutuhan perusahaan di Indonesia,? jelasnya.?

Meski dalam segi pendanaan, JobSmart dapat dikatakan merdeka, namun dalam operasionalnya JobSmart juga sempat mengalami hambatan. Hambatannya adalah mengedukasi pasar tentang tata cara penggunaan aplikasi.?

?Kami memberikan layanan panduan tentang cara penggunaan aplikasi. Namun perusahaan biasanya lebih memilih untuk bertanya langsung by phone atau edukasi offline,? keluhnya.

Menurut pengakuan Peter, berbagai edukasi yang lengkap sudah dikampanyekan kepada HRD melalui online. Namun pasarnya masih belum memahami tujuan dari JobSmart. Untuk itu dirinya berkomitmen untuk lebih memantapkan edukasi secara offline. Menurutnya, edukasi secara offline akan jauh lebih efektif.?

Saat ini yang sedang giat dilakukan JobSmart adalah mengedukasi pasar, bahwa JobSmart adalah platform seleksi online dan tidak sama dengan platform lowongan. Peter juga ingin mengajak perusahaan atau HRD untuk bekerja dengan lebih cepat dan produktif.?

Selama beroperasi selama kurang lebih 2 tahun, JobSmart telah berhasil membantu 1400 perusahaan dan lebih dari 9 ribu kandidat untuk mendapatkan rekomendasi pekerjaan. Cara kerja Peter bersama 10 orang timnya yang tidak mengenal lelah merupakan upaya yang menurut Peter adalah hal yang semestinya dilakukan oleh Startup yang berkeinginan untuk sukses.?

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Dewi Ispurwanti

Advertisement

Bagikan Artikel: