Kredit Foto: Antara/Irwansyah Putra
Indonesia negara maritim dengan potensi kelautan dan perikanan yang begitu besar dan belum dimanfaatkan secara maksimal. Berangkat dari kondisi tersebut, keempat anak muda ini berani memulai bisnis.
Di bawah bendera Growpal yang digawangi Ahmad Rizqy Akbar sebagai CEO, Shahriansyah Candraditya (CMO), Paundra Noorbaskoro (CPO), dan Raka Kurnia Novriantama (CTO) yang rerata masih berusia 20-23 tahun.
Growpal merupakan sebuah startup bidang financial technology (fintech), sukses meraih pasar ekspor komoditas kerapu dan udang sekalipun tak berlatar bidang teknologi informasi komunikasi/TIK.
CEO Growpal Ahmad Rizqy Akbar mengatakan pihaknya sejak awal tahun ini sudah menerima dana dari investor kisaran Rp3 miliar dengan rerata ekspor kerapu 400 ton dan udang 50 ton perbulan. Pasar ekspor primer mereka ada di semua negara kawasan Asia Tenggara, sisanya dalam jumlah kecil di Hongkong, China, Jepang, dan Amerika Serikat. Sedangkan skala nasional masih sekitar Jakarta dan Surabaya.
"Kami tidak pernah menggunakan pinjaman bank, dari awal bisnis perikanan laut, kami menggunakan dana pribadi dan dana investasi dari rekan-rekan kami. Baru masuk industri fintech awal 2017, tak punya latar fintech apalagi coding, namun Indigo.id membuat kami melek industri digital," katanya saat berbincang dengan Warta Ekonomi di Bandung, Minggu (16/4/2017).
Menurutnya, tanpa latar TIK, dua tahun sebelumnya dia sudah berbisnis ikan dan udang secara konvensional. Namun, dia berusaha meningkatkan skala bisnis di sektor digital meski awalnya tak tahu persis cara masuknya bagaimana.
Bukan tanpa kendala Rizki cs menjalankan bisnis ini, dia bercerita bahwa dirinya pernah tertipu hingga ratusan juta rupiah. Hasil panen di awal bisnis, lulusan perikanan Universitas Brawijaya Malang angkatan 2010 ini pernah punya peternakan cacing tanah untuk menyuplai pakan ke perusahaan Jepang yang memesan hingga satu ton cacing.
"Eh, ternyata enggak jadi beli, akhirnya cacing yang mati sampai 700 kg. Padahal harga cacing waktu itu sekilo bisa Rp700 ribu," ungkapnya.
Selanjutnya, Rizki juga pernah ditipu karyawannya sendiri dengan melarikan uang perusahaan untuk operasional budidaya sehingga merugi sampai Rp200 juta. Uang itu hasil dari tabungannya selama dia dengan temannya mengerjakan proyek tender perusahaan semasa kuliah.
Namun, Rizki bertekad melanjutkan bisnisnya yang sudah menjadi tujuan hidupnya karena dia sadar untuk mengubah sesuatu dan mewujudkan mimpi harus ada yang dikorbankan.
"Bagaimana mau kerja mas? Saya belum wisuda, ijazah saja masih di kampus belum diambil. Karena saya rasa yang paling penting bagaimana memberikan value kepada semua orangnya bukan secarik ijazah yang menjadi tolak ukur pencapaian orang," jelasnya.
Growpal lalu mencoba masuk seleksi program batch II Indigo.id pada pertengahan tahun lalu dan dinyatakan lulus seleksi pada 8 November 2016 lalu.
Terpilih sebagai peserta inkubator jenis product validation (pengguna menyukai aplikasi) Indigo.id, Growpal selain memperoleh inkubasi dan mentoring?juga sudah memperoleh injeksi sebesar Rp120 juta. Saat ini Growpal sedang dalam tahap seleksi market validation atau siap menjadi mesin bisnis untuk kemudian memperoleh injeksi hingga Rp1 miliar lebih.
Jenis fintech yang mereka lakukan adalah menghubungkan netizen sebagai investor kepada peternak komoditas perikanan pasar ekspor yang saat ini di bidang kerapu dan udang. Dengan investasi awal kerapu sekitar Rp20 juta dan udang Rp200 juta, tingkat return of investment (RoI) diklaim paling tinggi dari fintech sejenisnya yakni antara 35-50%.
Rizqi, sapaannya, menambahkan peternak ikan mereka saat ini berada di kawasan Pacitan dan Sumbawa (udang) serta Situbondo, Banyuwangi, dan Bali (kerapu).
"Saya menerapkan pola agen Growpal di sentra peternakan kami. Merekalah yang menjadi supervisor kami, mengawasi agar peternak menerapkan standar operasi yang ditetapkan agar memenuhi standar ekspor," sambungnya.
Sejauh ini, kata dia, pola fintech yang diterapkan relatif berhasil karena dana kelolaan terus bertambah. Sementara dari sisi produksi, pengiriman komoditas pun masih belum bisa memenuhi keinginan buyer dari luar.
Dari ekspor kerapu 400 ton, permintaan pasar sebetulnya mencapai 3.000 ton sedangkan ekspor udang 50 ton baru memenuhi 1/4 kebutuhan. Ini belum mencakup potensi pasar ekspor ikan lainnya.
"Kami memenuhi dulu kebutuhan operasional peternak, kami talangi sebelum investor ke Growpal masuk. Dengan pola fintech, harapannya makin banyak investor yang mau tanam uangnya sehingga total kebutuhan pasar bisa kami penuhi," sambungnya.
Strategi pemasaran Growpal pun dilakukan secara online, selain menggunakan website juga memanfaatkan media sosial seperti Instagram. Rizki juga menerapkan key performance indicator (KPI) bagi setiap karyawannya yang berjumlah 10 orang di mana setiap divisi itu sudah tersistem dalam website mereka sehingga harus update progress setiap harinya. Mereka juga melakukan penjualan langsung ke perusahaan eksportir dan kerja sama untuk suplai bersama.
"Kalau untuk asuransi bisnis kami gunakan Askrindo sedangkan BPJS masih dalam proses," ujarnya.
Dukungan pemerintah selama ini dinilai baik terutama untuk pembangunan infrastruktur perikanan di Indonesia timur Seperti Maluku dan Morotai. Mereka merasa terbantu dengan sistem penangkapan dan pelabuhannya.
"Saya berharap pemerintah mempercepat proses pembangunan maritim terutama lebih prorakyat dan pengusaha," tuturnya.
Sebelum mengakhiri perbincangan, Rizki membagikan beberapa kiat-kiat khususnya bagi generasi muda yang ingin terjun ke dunia bisnis. Menurutnya, jangan pernah takut bisnis dalam?memulai bisnis karena dengan pola pikir seperti itu sudah bisa dikatakan bahwa anda gagal. Rizki menambahkan setiap proses yang dijalani untuk gagal atau tidaknya membuat seseorang tangguh sebagai entrepreneur.
"Cepat atau lambat. Anda akan bisa mencapai yang anda impikan karena Tuhan selalu mencatat dan memperhitungkan kerja keras kita," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement