Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bahana: Korporasi dan Perbankan Konsolidasi, Bank Indonesia Tahan Suku Bunga 

Bahana: Korporasi dan Perbankan Konsolidasi, Bank Indonesia Tahan Suku Bunga  Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia kembali mempertahankan suku bunga acuan tidak berubah di level 4,75%, untuk menjaga berlanjutnya pemulihan ekonomi di dalam negeri dengan tetap melihat berbagai risiko global yang terjadi termasuk wacana penurunan besaran neraca bank sentral US yang akan berdampak pada sistem keuangan secara global.?

Bank Indonesia untuk yang pertama kali melihat pertumbuhan ekonomi Eropa positif dan memperkirakan tekanan inflasi global tidak lagi terlalu mengkhawatirkan setelah bulan lalu bank sentral sangat konsen dengan perkembangan inflasi di negara-negara maju, namun perekonomian secara domestik pada kuartal pertama tahun ini, tidak sekuat perkiraan semula.

PT Bahana Sekuritas memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2017, akan tumbuh sekitar 4,95% pada tahun ini, turun dibandingkan perkiraan semula sekitar 5,1%. Pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh masih stabilnya konsumsi rumah tangga, tumbuhnya investasi serta ekspor yang masih mencatat pertumbuhan positif, meski belanja pemerintah masih lambat. Tumbuhnya ekonomi Cina akan memberi dampak positif terhadap neraca perdagangan Indonesia.?

''Dengan melihat perkembangan ekonomi secara global dan domestik, serta tekanan inflasi di dalam negeri serta global, tidak ada keperluan mendesak bagi BI untuk melakukan pengetatan moneter hingga akhir tahun ini,'' kata Ekonom Fakhrul Fulvian dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta Jumat (21/4/2017).

Lanjutnya, Ia meyakini meskipun saat ini perbankan dan korporasi masih melakukan konsolidasi namun kedepan dengan melihat pertumbuhan ekonomi Cina yang akan memberi dampak positif terhadap neraca perdagangan Indonesia, ekonomi domestik akan tumbuh lebih baik dibanding tahun lalu.?

"Semakin kuatnya prospek pertumbuhan ekonomi global dan Cina, pada akhirnya akan berdampak positif terhadap ekonomi domestik yang akan memicu masuknya arus modal ke dalam negeri, sehingga perusahaan sekuritas milik negara ini meyakini sangat terbuka ruang bagi penguatan Rupiah ke kisaran Rp12.900/dollar pada kuartal dua tahun ini. Saat ini nilai tukar rupiah berada pada kisaran Rp13.317/dollar.?." tambahnya.

Sejak awal tahun ini, arus modal asing sudah kembali ke Indonesia, yang tercermin pada peningkatan cadangan devisa Indonesia yang telah mencapai USD 121,81 miliar pada akhir Maret, dibandingkan posisi akhir 2016 sebesar USD 116,36 miliar. Namun perlu diperhatikan bahwa kenaikan harga komoditas secara global yang naik cukup cepat bisa berakibat negatif terhadap obligasi pemerintah, sebab kenaikan harga komoditas bisa meningkatkan prospek inflasi. Bahana memperkirakan yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun berpotensi turun ke 6,7%, dari level saat ini sebesar 7,1%.?

Rapat Dewan Gubernur memandang transmisi pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial masih akan berlanjut, namun semakin terbatas sejalan dengan kehati-hatian bank dalam mengelola risiko kredit. Hal ini terlihat pada tingkat penyaluran kredit perbankan yang masih tumbuh hanya sebesar 8,6% secara tahunan pada akhir Februari 2017.?

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Vicky Fadil
Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: