Lembaga Kemajuan Tanah Persekutuan Malaysia (The Federal Land Development Authority/Felda) mengharapkan Indonesia dan Malaysia bisa menentukan harga sawit atau "crude palm oil" (CPO) dunia.
Chairman Felda Tan Sri Shahrir Samad mengemukakan hal itu saat diwawancarai di Kuala Lumpur, Sabtu. Felda merupakan pengelola perkebunan terbesar dengan 811.140 hektare tumbuhan kelapa sawit di Semenanjung Malaysia, Sabah dan Sarawak. Perusahaan ini juga mengelola perkebunan sawit di Indonesia bekerja sama dengan Rajawali Corp.
"Buat sekarang pembelian saham Rajawali Corp merupakan investasi strategis. Artinya kami memiliki saham tersebut merupakan pegangan yang strategis. Tetapi tidak boleh cerita apa strategisnya yang bakal dilaksanakan," ucapnya.
Shahrir mengatakan perusahaannya hingga saat ini belumm ada rencana untuk menambah saham.
"Pada masa mendatang akan lebih ditingkatkan kolaborasi kerja sama Indonesia dan Malaysia dari segi penentuan harga dan pemasaran sawit di pasar dunia. Akhirnya yang penting adalah soal harga sawit," tuturnya.
Dia mengatakan kalau harga sawit stabil berpengaruh pada industri sawit, petani-petani kecil dan perintis Felda juga. "Yang terpenting adalah bagaimana Indonesia dan Malaysia bisa menentukan harga sawit yang tinggi di pasar internasional," imbuhnya.
Dia mengatakan tidak mudah mendapatkan kebun di Indonesia dan lebih mudah bekerja sama dengan perusahaan di Indonesia dengan menyertakan saham.?"Ini lebih bermanfaat tidak hanya bagi Felda tetapi juga kedua negara. Ini permulaan kolaborasi. 80 persen produksi sawit dunia dari Indonesia dan Malaysia," ucapnya.
Tan Sri Shahrir Samad sehari sebelumnya melakukan pertemuan dengan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo yang juga Pejabat Penghubung Investasi Indonesia - Malaysia.
Dalam acara "Indonesia-Malaysia Business Matching" Eko Putro mengatakan pada prinsipnya Indonesia sedang moratorium kelapa sawit sehingga kalau pembukaan lahan baru tidak mungkin. "Yang dilakukan Felda adalah membeli saham dari lahan kelapa sawit yang sudah ada," tuturnya.
Humas Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Tofan Mahdi mengatakan acuan penentuan harga kelapa sawit adalah di Rotterdam dan Kuala Lumpur Commodity Exchange. "Tapi Indonesia sekarang lagi membuat acuan harga CPO dunia. Masih digodok konsepnya. Ada juga Kantor Pemasaran Bersama (KPB) punya PTP, tetapi belum menjadi acuan harga dunia," katanya.(Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement