Setelah menanti sekian lama, Indonesia mendapat rating investment grade dari lembaga pemeringkat internasional Standard and Poors mengikuti lembaga pemeringkat lainnya Fitch ratings dan Moody's Investor Service yang sudah terlebih dahulu memberi rating investment grade.
Kepala Riset dan Strategis PT Bahana Sekuritas Harry Su menilai kenaikan rating ini akan membawa lebih banyak lagi arus modal asing masuk ke Indonesia sehingga yield surat utang akan turun. Dalam riset yang dilakukan Bahana memperlihatkan surat utang pemerintah tenor 10 tahun mungkin akan turun ke kisaran 6,5%, dari level saat ini 6,9%.
"Kami melihat ada peluang suku bunga secara keseluruhan di market baik untuk surat utang maupun bunga bank akan menyentuh level terendah pada 2019, terutama menjelang Pemilihan Presiden, terutama jika kondisi politik dapat lebih terkandali," katanya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin (22/5/2017).
S&P juga masih membuka peluang untuk kembali menaikkan rating Indonesia, bila terlihat ada perkembangan yang cukup signifikan terhadap keseimbangan fiskal ke depan. S&P meyakini pemerintah mampu menjaga defisit fiskal akan terjaga di bawah 2,5% selama kurun waktu dua hingga tiga tahun ke depan. Dalam APBN 2017, pemerintah menargetkan defisit anggaran sebesar 2,41% atau setara dengan Rp330,2 triliun.
Meski kondisi politik Indonesia masih cukup panas pasca-Pilkada DKI, imbuhnya, S&P menilai secara keseluruhan kondisi politik cukup stabil dengan pemerintahan yang memiliki legitimasi yang cukup kuat, pemerintah juga menunjukkan niat untuk memberantas korupsi. Secara keseluruhan S&P menilai kebijakan pemerintah saat ini cukup fair, transparan, serta keputusan dan geraknya dapat diperkirakan oleh seluruh kalangan.
"Melalui momentum investment grade yang sudah cukup lama dinantikan ini, Bahana merivisi naik perkiraan indeks hingga akhir tahun ini ke level 6.300 dari perkiraan sebelumnya 6.000, meskipun dengan adanya kondisi politik yang agak menghangat belakangan ini," ujarnya.
Ia mengatakan beberapa sektor yang akan diuntungkan di antaranya Bank Mandiri (BMRI), Bank Negara Indonesia (BBNI), Bank CIMB Niaga (BNGA) yang bakal mendapat biaya dana yang lebih murah dan meningkatnya likuiditas.
Saham konstruksi dan infrastruktur seperti PT Jasa Marga (JSMR) dan PT Waskita Karya (WSKT) juga akan diuntungkan oleh turunnya bunga kredit sehingga pembayaran utang dapat berkurang dan kendala kebutuhan pendanaan proyek akan berkurang.
Saham sektor properti seperi PT Summarecon Agung (SMRA) dan PT Ciputra Development (CTRA) ?juga akan diuntungkan dari sisi utang mereka karena suku bunga yang rendah. Walaupun pasar properti menengah ke bawah masih bergairah sekarang, segmen menengah ke atas masih terpuruk karena tingginya suhu politik.
"Pada akhirnya dengan proyek infrastruktur dan properti yang mendapat angin segar, permintaan semen akan terkerek naik dan dapat mengurangi perang harga saat ini sehingga saham PT Semen Indonesia (SMGR) juga layak dikoleksi. Sementara itu, dengan banyaknya modal masuk ke Indonesia, rupiah akan menguat sehingga PT Mitra Adiperkasa (MAPI) akan diuntungkan karena biaya impor akan turun," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement