PT PLN (Persero) menjadwalkan proyek PLTU di Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, berkapasitas 2x200 MW dapat beroperasi pada 2020.
Kepala Satuan Komunikasi Korporat PLN I Made Suprateka, dalam rilis di Jakarta, Sabtu (27/5/2017), mengatakan pembangkit itu akan mengatasi defisit daya di Provinsi Aceh.
Pada Jumat (26/5/2017), PLN dan pengembang pembangkit swasta (independent power producer/IPP) tersebut yakni Konsorsium China Datang Overseas Investment, PT Pembangunan Perumahan, dan PT Sumberdaya Sewatama menandatangani perjanjian jual beli listrik (power purchase agreement/PPA) PLTU Meulaboh dengan perkiraan biaya investasi sekitar 600 juta dolar AS itu.
"Pekerjaan konstruksi PLTU Meulaboh diperkirakan memakan waktu 39 bulan sejak tanggal efektif PPA," ujarnya.
Menurut dia, jadwal pengoperasian (commercial operation date/COD) PLTU Meulaboh diperkirakan pertengahan 2020, namun konsorsium akan mengupayakan lebih cepat lagi.
Made mengatakan listrik pembangkit akan disalurkan ke sistem Sumatera melalui jaringan transmisi 275 kilo Volt (kV) ke gardu induk PLN di Nagan Raya. Pembangkit itu akan mensuplai energi listrik ke sistem Sumatera sebesar 2.803 Giga Watt hour (GWh) setiap tahun selama masa kontrak 25 tahun.
"Pembangkit ini berfungsi sebagai pemikul beban dasar (base load) dengan 'availibility factor' sebesar 80 persen per tahun," ujarnya.
Konsorsium akan mendirikan anak perusahaan (special purpose company/SPC) yang dikhususkan untuk mengembangkan proyek itu. Proyek PLTU Meulaboh itu merupakan proyek yang dilaksanakan dengan skema "build own operate transfer" (BOOT) tanpa penjaminan pemerintah.
Dari aspek keekonomian, PLTU Meulaboh layak dibangun karena biaya pokok produksi (BPP)-nya lebih rendah dari pembangkitan setempat dengan nilai penghematan sekitar Rp2 triliun per tahun. (HYS/Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Hafit Yudi Suprobo
Advertisement