Pengamat intelijen Prayitno Ramelan mengungkapkan ada tiga unsur yang mendasari teror tersebut. Pertama mereka tetap menjadikan polisi sebagai sasaran. Kedua serangan itu, mereka menempatkan diri sebagai instrumen yang melakukan balas dendam karena banyak teman mereka telah jadi korban dan ditangkap di kasus Cicendo, Purwakarta, dan Tuban. Dan ketiga mereka ingin menunjukkan eksistensinya kepada sel-sel terorisme lainnya di Indonesia dan di luar negeri.?
"Ini orang-orang Jamaah Ansharud Daulah (JAD) yang memiliki hubungan dengan Aman Abdurrahman dan Bahrun Naim di Suriah. Dengan aksi ini mereka ingin menunjukkan bahwa mereka masih ada dan mungkin saja untuk menimbulkan ketakutan jelang bulan Ramadan," kata Prayitno dalam pers rilisnya di Jakarta, Rabu (31/5/2017).
lanjut Prayitno, potensi ancaman terorisme di bulan Ramadan ini tidak terlalu besar, meski potensi itu tetap ada. Itu karena para pelaku teror di Indonesia, seperti di Kampung Melayu itu, termasuk pelaku kelas bawah yang tidak paham dengan strategi besar ISIS, dimana mereka terkesan takut melakukan aksi bom di bulan Ramadan, apalagi bila korbannya orang muslim.
"Intinya, ISIS takut dimusuhi orang islam sehingga mereka sangat hati-hati dalam melakukan aksi. Makanya mereka menjadikan polisi sebagai target. Inilah yang saya sebut potensi ancaman itu tetap ada karena para pelaku, khususnya yang tergabung dengan JAD itu menggunakan ideologi ISIS yang mereka katakan islam, walaupun islam gak jelas," terang Pray.
Pray menyebut ISIS sebagai islam gak jelas karena faktanya mereka menggunakan kekerasan dan perang untuk mewujudkan tujuannya. Sementara islam bukanlah agama kekerasan, tapi agama yang damai dan melindungi yaitu agama rahmatan lil alamin.
Potensi ancaman kelompok ISIS di bulan Ramadan cukup besar. Pertimbangannya, selama ini ISIS sering melakukan aksi terornya sembarangan. Itu berbeda dengan kelompok Al Qaeda yang sangat berhati-hati memilih sasarannya agar tidak dimusuhi rakyat Indonesia, khususnya umat muslim. Namun seiring berjalannya waktu, ISIS kelihatannya juga akan melakukan hal yang sama agar tidak dimusuhi masyarakat, apalagi mereka selama ini sering bersembunyi di tengah masyarakat.
"Memang potensi aksi di bulan Ramadan ini kecil, tapi kita tetap harus waspada. Pasalnya, yang sel-sel kecil ini biasanya tidak berpikir pintar dan hanya sekadar ingin melampiaskan dendamnya saja sehingga bisa saja mereka melakukan aksi, terutama dengan sasaran aparat kepolisian," imbuh Pray.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Vicky Fadil
Editor: Vicky Fadil
Advertisement