Warta Ekonomi, Makassar -
Status Pegawai Negeri Sipil (PNS) tidak menjadi kendala bagi Alminah (56) untuk terjun ke dunia bisnis. Malahan, ilmu yang dimilikinya sebagai ahli gizi di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar dimanfaatkan dalam menggeluti bisnis kuliner, khususnya produksi bumbu praktis menu khas Kota Daeng. Bahkan, produk yang dilabelinya 'Alminana' telah menembus pasar dunia.
Menurut Alminah, bumbu praktis racikannya telah dipasarkan ke beberapa negara, tepatnya tatkala pameran atau expo berkat bantuan atase perdagangan. "Alhamdullilah, pemasarannya tidak sebatas di Indonesia. Sudah pernah dibawa ke luar negeri, di antaranya di Afrika Selatan, Dubai (Uni Emirat Arab) dan Belanda. Produk ini cukup direspon pasar, " kata Alminah, saat ditemui Warta Ekonomi, di Makassar, beberapa waktu lalu.?
Khusus di Makassar, sembilan jenis bumbu praktis menu khas Kota Daeng ala Alminah telah dipasarkan di sejumlah retail modern. Di antaranya Gelael Supermarket dan Toko Baji Pamai. Tawaran juga datang dari Carrefour, tapi pihaknya tidak memasok lantaran sistem pembayarannya terbilang lambat. Alminah juga memasok produknya ke sejumlah distributor maupun konsumen di daerah Sulsel, Jakarta dan Surabaya.
Aminah menceritakan awal mula terjun ke bisnis kuliner dimulai pada 2011. Latar-belakangnya untuk persiapan pada masa pensiun. Mulanya, Alminah yang memang jago masak menawarkan ke sejumlah dokter maupun rekan kerjanya untuk dibuatkan bumbu praktis khas Makassar. Hal itu direspon positif dan terus berlanjut sehingga terbersit ide untuk membuatnya secara rutin alias tidak sebatas menunggu momentum Lebaran.?
Perlahan tapi pasti, bisnis bumbu praktis tersebut berkembang ditopang inovasi Alminah untuk terus mengembangkan produknya. Ia banyak belajar dan rajin mengikuti pameran yang diadakan Dinas Perdagangan, Dinas Koperasi dan Dinas Perindustrian di daerahnya. Alminah juga mempelajari teknis pengolahan hingga pengemasan produk untuk ekspor di Balai Pendidikan, Pelatihan dan Promosi Ekspor Daerah (BP3ED).?
Seiring dengan peningkatan kualitas produknya, Alminah mengaku sederet penghargaan berhasil disabetnya. Mulai dari Siddhakarya untuk kategori UKM hingga Pangan Award dari Kementerian Perdagangan. Bahkan, saat ini produknya masuk nominasi sebagai penerima penghargaan Paramakarya. Penghargaan tersebut merupakan award bergengsi dari Presiden RI melalui Kementerian Tenaga Kerja.
Berkat sederet penghargaan itu pula produknya kian dikenal dan dipercaya oleh pemerintah untuk membawa misi dagang ke luar negeri. Diferensiasi produk 'Alminana' memang terletak pada cita rasa menu khas Makassar. "Setiap menu khas yang saya buat tanpa bahan pengawet. Di situ keunggulannya dan alhamdullilah berkat teknologi bisa bertahan sampai 1 tahun asal disimpan pada suhu dibawah 14 derajat (celcius),."
"Bahkan, kini ada racikan bumbu praktis yang kering dan bisa untuk diekspor. Itu sudah dipasarkan, termasuk ke toko oleh-oleh," sambung Alminah.?
Disinggung mengenai pembiayaan usaha, Alminah mengaku mendapatkan bantuan permodalan dari BNI. Beberapa tahun terakhir ini, pihaknya juga mendapatkan tambahan modal dari Pertamina. "Usaha ini saya mulai dari modal pribadi yang kemudian untuk pengembangan dibantu oleh BNI dan terakhir Pertamina. Saya sih harapnya akses permodalan bisa dipermudah lagi. Kalau biasa ada dana hibah," harap dia.
Produksi bumbu praktis racikan Alminah tiap harinya mencapai 400 bungkus. Namun, volume produksi disesuaikan dengan permintaan pasar. Pada waktu normal, produksi hanya dilakukan tiga kali seminggu. Adapun selama Ramadan, produksi dilakukan setiap hari. Untuk itu, Alminah menambah pekerjanya dari lima orang menjadi 10 orang. Para pekerjanya merupakan tetangga-tetangga Alminah.?
"Usaha saya ini sekaligus memberdayakan masyarakat sekitar. Para pekerja saya rata-rata adalah ibu rumah tangga yang tinggal di samping kanan dan kiri rumah. Hitung-hitung kan untuk tambahan penghasilan mereka," kata Alminah.?
Bumbu praktis menu khas racikan Alminah sendiri terdiri atas sembilan varian. Rinciannya yakni coto, sop konro, pallu basa, toppa lada, kari, pallu kaloa, sop saudara, opor dan sambal tumis. Setiap varian dibanderol Rp25 ribu. "Omzet dari bisnis ini terus naik. Terlebih kalau masuk bulan Ramadan, kenaikannya sampai 50 persen," pungkas dia.?
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait:
Advertisement