Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Panasnya Hubungan Arab-Qatar, Menkeu: Dampaknya di Sektor Migas

Panasnya Hubungan Arab-Qatar, Menkeu: Dampaknya di Sektor Migas Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan | Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah saat ini terus memperhatikan perkembangan perekonomian global yang masih mengandung risiko, seperti kondisi geopolitik di Timur Tengah dan stabilitas perekonomian China.

"Kondisi 2017-2018 diperkirakan akan lebih baik meskipun tetap ada risiko di Timur Tengah, ini akan mempengaruhi sentimen harga dari harga minyak dan gas," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam rapat kerja pemerintah dengan Komisi XI DPR membahas asumsi dasar tahun anggaran 2018 di Jakarta, Selasa (13/6/2017).

Meskipun perekonomian Qatar relatif kecil, tekanan geopolitik dapat mempengaruhi perkembangan ekonomi global termasuk fluktuasi harga komoditas, mengingat negara tersebut juga merupakan anggota OPEC serta memiliki cadangan gas terbesar ketiga di dunia. Kemudian, Sri Mulyani mengatakan prospek dan stabilitas perekonomian China dalam jangka menengah patut untuk terus mendapat perhatian.

"Risiko Tiongkok ini kami lihat dari sisi 'adjustment' dari pertumbuhan ekonominya. Untuk menjaga pertumbuhan ekonomi mereka menggunakan utang, dan berisiko pada sektor keuangan mereka," kata dia.

Adanya kekhawatiran terhadap tingkat utang tersebut juga yang menjadi salah satu alasan dibalik penurunan rating Tiongkok oleh Moody's baru-baru ini dari Aa3 menjadi A1. Selain itu, prospek ekonomi Tiongkok juga masih dibayangi oleh langkah proteksionisme AS, yang apabila jadi dilaksanakan dapat memberi dampak negatif terhadap ekonomi China Terkait dengan perekonomian China, risiko akan terjadinya "hard landing" dalam jangka pendek diperkirakan dapat dihindari, sehingga moderasi China diperkirakan akan berlangsung secara lebih gradual.

Dalam proyeksi World Economic Outlook IMF April 2017, pertumbuhan ekonomi China untuk 2017 dan 2018 direvisi ke atas, masing-masing sebesar 0,4 dan 0,2 percentage points dibandingkan proyeksi pada Oktober 2016.

Hal tersebut mengindikasikan adanya perkembangan positif ekonomi China dalam beberapa waktu terakhir yang antara lain didukung oleh suntikan stimulus dan relaksasi moneter. Data realisasi indikator ekonomi turut mendukung proyeksi tersebut, dimana pertumbuhan ekonomi China pada triwulan pertama 2017 tercatat sebesar 6,9 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan triwulan pertama tahun 2016. (ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: