Puluhan pemuda lintas agama yang merupakan pegiat almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengadakan dialog tentang pentingnya toleransi beragama sekaligus merayakan hari ulang tahun Gus Dur yang ke-77, di Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Koordinator acara sekaligus pegiat Gus Dur, Aan Anshori dalam keterangan resminya, Minggu (6/8/20170, mengaku prihatin dengan beragam kejadian di Tanah Air, misalnya dari sisi tindak pidana korupsi, peredaran narkoba, sampai masalah keberagaman yang masih terjadi sampai saat ini. Aan menegaskan pentingnya figur panutan untuk melawan berbagai ketidakadilan di Indonesia.
Salah satunya adalah mantan Presiden KH Abdurrahaman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur. Selama hidup, beliau adalah tokoh yang baik, tokoh toleran, bahkan dengah tegas memimpin Indonesia.
"Gus Dur adalah satu-satunya Presiden sekaligus kiai yang berani bersikap adil dalam Kejahatan 1965. Keberanian ini yang membuat Gus Dur dikenang banyak orang dari berbagai latar belakang," ucap Aan.
Dalam acara itu, sejumlah masalah dibahas, misalnya diskriminasi. Parjo, aktifis keragaman gender dan seksualitas menyebut hingga kini masih terjadi diskriminasi bahkan kekerasan pada kelompok LGBTI. Mereka masih dinilai sebelah mata, sehingga termarjinalkan.
"Kelompok LGBTI masih mengalami berbagai diskriminasi dan kekerasan. Keberadaan kami masih dipandang sebelah mata. Kami berharap masyarakat dan negara bisa lebih terbuka lagi," ujar Parjo.
Keluhan juga diungkapkan oleh Vivi, perempuan Kristen. Ia saat ini sedang menyelesaikan studi tentang teologi. Menurut dia, hingga kini himpitan intoleransi berbasis agama masih dirasakan.
Vivi mengaku saat ini sedang berjuang untuk memromosikan toleransi dan keberagaman di Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang. Namun, hal yang dirasakannya jauh sangat berat, tidak semudah teori yang ada. Ia terus menyuarakan tentang toleransi dan belum semua masyarakat memahami.
"Tantangannya berat. Kami sering salah paham dengan masyarakat, padahal kami tidak seperti yang mereka bayangkan," kata Vivi.
Yulius, calon pendeta GKJW mengaku rindu dengan sosok Gus Dur yang sangat menginspirasi. Ia menilai, Gus Dur tokoh yang sangat toleran, tidak membeda-bedakan serta selalu menebar kasing sayang. Gus Dur juga dinilai sebagai sosok yang mampu memahami tentang kehendak Tuhan, yang saling menyayangi umat satu dengan lainnya.
"Bagi kami, selain Yesus, Gus Dur adalah medium untuk bisa memahami kehendak Tuhan. Misalnya, kiprah Gus Dur dalam membela kelompok minoritas, adalah bukti nyata Ia adalah logos Tuhan yang harus diteladani," kata Yulius.
Acara tersebut diselengarakan di sebuah kafe di Kabupaten Jombang, Sabtu (5/8/2017) malam. Kegiatan itu dihadiri berbagai kelompok masyarakat, yaitu perwakilan dari Gereja Bethani Gudo, GSPdI, GUSDURian Jombang dan Mojokerto, Gubug Sebaya, dan perwakilan GKJW. Di akhir acara, seluruh hadirin menyanyikan lagu Satu Nusa Satu, berdoa bersama dan menikmati tumpeng bersama.
Kegiatan pertemuan tersebut juga diharapkan bisa rutin diselenggarakan. Namun, untuk lokasi menyesuaikan serta sesuai dengan kesepakatan seluruh peserta. Dalam pertemuan tersebut, sengaja digelar di Kabupaten Jombang, yang merupakan tempat Gus Dur kecil hingga beliau dimakamkan, kompleks makam keluarga Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang. (RKA/Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rizka Kasila Ariyanthi
Tag Terkait:
Advertisement