PT Pertamina (Persero) Wilayah Kalimantan mendistribusikan bahan bakar minyak menggunakan helikopter untuk wilayah Kecamatan Krayan atau kecamatan paling ujung di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara.
"Dalam mewujudkan BBM satu harga, Pertamina harus menggunakan helikopter untuk distribusi BBM sebanyak 4 ribu kiloliter per hari ke Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara," kata Manager Area Communication and Relations Kalimantan, Alicia Irzanova, di Balikpapan, Minggu (3/9/2017).
Alicia menjelaskan, distribusi BBM di Krayan harus dengan moda transportasi pesawat udara.
"Ada juga distribusi BBM dengan menggunakan transportasi sungai, seperti di Kecamatan Long Apari, Mahakam Hulu," ujarnya pula.
Proses distribusi BBM menggunakan kapal ke Long Apari dilakukan dengan kapal jenis self propelled oil barge (SPOB). Kapal ini melintasi rute Samarinda-Long Bagun-Long Pahangai dan Long Apari. Distribusi BBM ke Kecamatan Long Bagun, Kabupaten Mahakam Hulu, di Kalimantan Timur memerlukan waktu 11 jam perjalanan dari terminal BBM di Samarinda.
Selanjutnya, distribusi untuk Kecamatan Long Apari memerlukan waktu tiga hari perjalanan dari Long Bagun.
"Biaya operasional untuk distribusi tidak sedikit, data sementara untuk tahun 2017 ini saja, untuk distribusi ke Long Apari memerlukan biaya sekitar Rp9,8 triliun," ujarnya lagi.
Alicia menambahkan, secara bertahap pemenuhan kebutuhan BBM untuk daerah terpencil di Kalimantan akan dipenuhi pihaknya.
"Jarak dan infrastruktur merupakan salah satu tantangan dalam mendistribusikan BBM," katanya pula.
Sepanjang 2017, menurutnya, akan ada pembangunan lembaga penyalur untuk program BBM satu harga pada 15 daerah pedalaman di Kalimantan. Salah satunya, pada September ini akan dibangun SPBU Modular di Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Setidaknya terdapat empat jenis lembaga penyalur BBM yang dapat digunakan untuk menyukseskan program BBM satu harga di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Keempat jenis tersebut adalah APMS, SPBU Modular, APMS Tangki Khusus, dan SPBU Mini.
APMS dioperasikan untuk melayani kebutuhan sekitar 40-80 kiloliter per hari, dengan bangunan standar sederhana dan menggunakan drum sebagai sarana penimbunan. SPBU Modular kebutuhan dioperasikan untuk melayani sekitar 40-200 kl per hari. Tidak seperti SPBU di kota yang memiliki sarana timbun dan penjualan tersediri, SPBU ini terdiri dari satu modul yang digunakan untuk sarana penimbunan dan penjualan.
Kemudian, APMS tangki khusus dengan perkiraan penjualan sebesar 40-200 kl. Penyaluran menggunakan mesin pompa atau sarana lainnya dan sarana penimbunan menyesuaikan dengan volume pengiriman kapal. SPBU Mini tampak seperti bangunan SPBU yang biasa dijumpai di kota, hanya saja bentuknya lebih sederhana dan jumlah dispenser/pompa maksimal dua unit dengan perkiraan penjualan di SPBU mini sekitar 100-300 kl per hari.
"Keempat jenis lembaga penyalur tersebut digunakan sesuai dengan kondisi atau karakteristik lokasi penyaluran BBM. Moda transportasi memiliki peran penting dalam pendistribusian BBM, mengingat tantangan alam dan infrastruktur berbeda-beda pada tiap lokasi," katanya lagi. (RKA/Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rizka Kasila Ariyanthi
Advertisement