Setelah pengumuman Presiden Trump bahwa Amerika Serikat akan melihat Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan bekerja keras untuk memindahkan kedutaannya di sana, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa dia mengharapkan negara-negara lain mengikuti jejak Amerika.
Saat Netanyahu mengunjungi Brussels pada hari Senin (11/12/2017), tampaknya ada beraneka ragam negara yang telah menawarkan dukungan terkait dengan pernyataan Trump soal Yerusalem yang sebagian besar terdiri dari pemimpin anti-Islam Eropa yang memegang sedikit kekuatan politik.
1. Republik Ceko
Presiden Ceko Milos Zeman, yang dikenal karena hubungannya dengan Trump dan retorika populis anti-Muslimnya, mungkin adalah pemimpin internasional tertinggi yang terang-terangan mendukung keputusan Trump.
Berbicara pada akhir pekan lalu di sebuah pertemuan partai Kebebasan dan Demokrasi Langsung (SPD), Zeman menyerang Eropa dengan tanggapan yang dirinya sebut "pengecut" terhadap pengumuman Trump dan menuduh Uni Eropa membiarkan "gerakan teror pro-Palestina" mendominasi diskusi mengenai Israel, menurut kantor berita CTK.
Sementara? itu Milos Zeman, yang menempati posisi kepala jabatan yang paling tinggi selaku Presiden Ceko mengatakan pada hari Sabtu bahwa dia mendukung posisi politisi sayap kanan Tomio Okamura, pemimpin SPD dan kritikus imigrasi Muslim lainnya, yang mengatakan bahwa dia berharap Republik Ceko akan mengikuti jejak Trump.
Namun, Kementerian Luar Negeri Ceko telah mengatakan bahwa "menganggap Yerusalem sebagai ibu kota masa depan kedua negara, yang berarti Negara Israel dan Negara Palestina di masa depan."
2. Belanda
Pemimpin sayap kanan Eropa lainnya, Geert Wilders dari Belanda, mendukung lewat posting tweet-nya minggu lalu dengan melihat Yerusalem sebagai "ibu kota abadi Israel yang tidak terpisahkan." Wilders, pemimpin Partai Anti-Islam untuk Kebebasan (PVV) menambahkan bahwa "semua negara yang mencintai kebebasan harus memindahkan kedutaan mereka ke Yerusalem" dan menyarankan agar ibu kota Yordania, Amman, adalah ibu kota Palestina.
3. Austria
Pemimpin sayap kanan Austria Hans-Christian Strache juga mengungkapkan pengertiannya atas posisi Israel bahwa Yerusalem adalah ibukotanya.
"Kami juga berharap agar kedutaan kami berada di sana, seperti yang biasa terjadi di dunia ini," tutur Strache, pemimpin Partai Kebebasan (FPO), dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Kurier yang diterbitkan pada hari Sabtum, sebagaimana dikutip dari Washington Post, Senin (18/12/2017).
Strache menulis sepucuk surat kepada Netanyahu setelah mengunjungi Israel pada bulan Juni, mengatakan bahwa dia akan melakukan "semua kekuatan saya, baik legislatif atau eksekutif, untuk memindahkan Kedutaan Besar Austria" ke Yerusalem.
Dalam wawancara dengan Kurier, bagaimanapun, dia tampak kurang yakin akan kemampuannya untuk membantu memindahkan kedutaan dan mengatakan Austria, "sebagai negara netral," harus berhati-hati untuk bergerak secara sepihak tanpa dukungan dari Uni Eropa.
Di samping itu, Strache kemampuan untuk mempengaruhi lokasi Kedutaan Besar Austria di Israel mungkin terbatas. Meskipun FPO sedang dalam pembicaraan untuk membentuk pemerintah koalisi dengan Sebastian Kurz dari Partai Rakyat Austria kanan tengah, Kurz mengatakan pekan lalu bahwa kebijakannya tentang Yerusalem tidak berubah.
4. Filipina
Penyiar radio Israel, Kan, melaporkan pekan lalu bahwa Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah mengirim pesan kepada Israel dengan mengatakan bahwa dia ingin memindahkan kedutaan negaranya ke Yerusalem, namun juru bicara Duterte dan perwakilan Kementerian Luar Negeri enggan menanggapi permintaan untuk memberikan komentar terkait sikap Duterte tersebut.
Meskipun ada spekulasi, tidak ada pemerintah yang secara formal mengatakan akan mengikuti Amerika Serikat dan memindahkan kedutaan besarnya ke Israel ke Yerusalem. Perdana Menteri Hungaria Victor Orban mengatakan Senin (11/12/2017) bahwa Hungaria tidak akan memindahkan kedutaan besarnya.
Pekan lalu, Netanyahu mengatakan bahwa Israel sedang "berhubungan dengan negara-negara lain yang akan mengumumkan pengakuan serupa" dan bahwa beberapa negara mungkin akan memindahkan kedutaan mereka sebelum Amerika Serikat. Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Federica Mogherini, mengatakan kepada Netanyahu bahwa tidak ada pemimpin Eropa yang merencanakan langkah tersebut.
Tel Aviv menampung seluruh 86 kedutaan di Israel, sementara Yerusalem adalah rumah bagi sejumlah kecil konsulat.
Meskipun pejabat administrasi Trump mengatakan bahwa mereka berharap relokasi kedutaan tersebut dapat dilakukan dalam tiga sampai empat tahun, Daniel Shapiro, yang menjabat sebagai duta besar AS untuk Israel di bawah Presiden Barack Obama, mengatakan bahwa masalah logistik dapat berarti lima sampai 10 tahun untuk lamanya waktu pemindahan Kedubes AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo
Tag Terkait:
Advertisement