Aksi repricing yang saat ini terjadi berpotensi membuat imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) Indonesia mengalami peningkatan. Nah, hal itu dapat dimanfaatkan investor untuk mengatur ulang portofolio investasinya.
Direktur Strategi Investasi dan Kepala Makroekonomi Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat mengatakan potensi risiko dari repricing juga diproyeksi akan terjadi pada pasar modal Tanah Air. Namun, Bahana TCW optimistis bahwa kondisi pasar modal Indonesia akan tetap positif dalam menghadapi dinamika perubahan pasar global.
"Motor penggerak pasar modal Indonesia lebih banyak. Dari sisi internal, Indonesia memiliki bonus demografi penduduk berusia muda dan urbanisasi. Sementara dari sisi eksternal, harga komoditas dari sektor energi, termasuk batu bara dan pertambangan mineral lainnya mengalami pemulihan," katanya di Jakarta, Senin (5/3/2018).
Lebih lanjut dirinya mengatakan, di samping itu berbagai sentimen internal yang mewarnai pada tahun ini akan menjadi nilai positif bagi pasar modal Indonesia. Misalnya, kondisi tahun politik yang diwarnai dengan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di banyak wilayah di Indonesia akan mendorong belanja konsumsi masyarakat.
Hal ini menjadi stimulus positif bagi beberapa sektor seperti sektor konsumsi dan media. Kemunculan bisnis digital seperti e-commerce juga akan meningkatkan ekonomi usaha kecil dan menengah (UKM), sektor bank, dan telekomunikasi. Pembangunan infrastruktur pemerintah juga akan menambah nilai bagi sektor properti.
Kondisi tersebut membuat Bahana yakin pasar modal Indonesia akan lebih kuat dalam menghadapi dinamika ekonomi global. Adapun potensial kenaikan pada kondisi obligasi Indonesia tak akan cukup besar, tetapi kenaikan yield obligasi bisa menjadi kesempatan bagi investor lokal sebagai penyeimbang aset.
Direktur Riset dan Kepala Investasi Alternatif Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo menuturkan Bahana memiliki produk reksa dana yang lengkap dan terstruktur dalam mengurangi risiko repricing ini, baik reksa dana di pendapatan tetap maupun reksa dana saham.
"Untuk saham, kami tetap mengacu pada saham-saham yang defensif terhadap volatilitas market dengan mengacu acuan indeks LQ45 dan IDX 30," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Gito Adiputro Wiratno
Editor: Fauziah Nurul Hidayah