Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ruang Kelas Penerus Keluarga Gobel

Ruang Kelas Penerus Keluarga Gobel Kredit Foto: Warta Ekonomi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ruangan itu nampak sejadul ruang kelas di Sekolah Rakyat Indonesia zaman dulu. Meja dan kursi berbahan kayu jati masih nampak kokoh, dilengkapi dengan dokumen dan arsip yang agak berantakan. Inilah ruang kerja Almarhum Thayeb M. Gobel yang saat ini digunakan oleh Rachmat Gobel. Di sebelahnya persis, ada ruang tidur, lengkap dengan lemari berisi pakaian, kalender, blangkon, handuk, hingga sabun yang terakhir kali dipakai oleh Almarhum. Di kalender itu tertera angka 1984. 

Sesaat sebelum memasuki ruangan, terpampang sepasang foto Almarhum bersama Konosuke Matsushita yang sangat dihormati Rachmat Gobel. Foto yang selalu mengingatkan 7 filosofi bisnis keluarga: berbakti melalui industri, berlaku jujur dan adil, kerja sama dan keselarasan, ramah tamah, kesatria, berjuang untuk perbaikan, serta bersyukur.

Di tempat ini, Rachmat Gobel sering membawa anaknya, Mohammad Arif Gobel, dan keponakan untuk mengajarkan kepada mereka tentang visi dan filosofi bisnis Almarhum serta penjabarannya dalam konteks bisnis kekinian. Semua kenangan dan barang-barang pribadi milik Almarhum di ruangan itu diperlihatkan secara langsung kepada anak dan keponakannya, untuk memberi gambaran bagaimana perjuangan Almarhum membangun bisnis sehingga mereka bisa mengenyam pendidikan dan fasilitas seperti saat ini.

Rachmat Gobel mengenang kisah Almarhum yang sering menginap di kamar tidur di sebelah ruang kerjanya. Sebagai politisi (Wakil Ketua Umum PPP dan Ketua PSII) kala itu, Almarhum sangat aktif di berbagai kegiatan. Almarhum pun dikenal sangat akrab dengan Alhmarhum Sudjono Humardani (staf pribadi Presiden Soeharto bidang keuangan dan ekonomi) dan kerap pergi bersama pada berbagai kesempatan, lengkap dengan kain (seragam) dan blankon (topi)-nya. Rachmat Gobel pun kerap duduk di ruang kerja ini ketika sedang mumet (pusing) atau sekedar mencari ide bisnis. 

“Saya bilang ke mereka, Anda sekarang bisa seperti ini itu tidak lepas karena kakek. Anda sudah menikmati sekolah lebih enak, lebih bagus, bisa naik mobil, semua itu karena kakeknya. Kita harus bisa menghargai dan berterima kasih, dua itu yang selalu saya bilang. Dengan terima kasih, apa yang bisa dia kembalikan? Paling nggak doa, kan,” kata Rachmat kepada Redaksi Majalah Warta Ekonomi belum lama ini.

Konkretnya, bisnis keluarga harus bisa terus dirawat dan dikembangkan. Namun, bukan berarti anak dan keponakannya dipaksakan untuk terjun di bisnis keluarga, melainkan turut diberi ruang bereksperimen terhadap bisnis lain. Misalnya, anaknya dan teman-temannya mengutarakan minat mereka untuk berbisnis kopi, ia tetap mau mengajarkan kepada mereka bagaimana harus mencintai dan berkomitmen kepada bisnisnya.

Lain daripada itu, Rachmat juga selalu mengajarkan anaknya (sebagaimana nasihat sang ayah) untuk menjadikan kantor sebagai istri kedua. Ia selalu mencoba memberikan pemahaman kepada sang anak dan keponakan bahwa di Panasonic Gobel Indonesia saja masih sangat luas ruang untuk mengembangkan bisnis, termasuk solar panel, smart home, dan sebagainya. Namun, proses memimpin perusahaan tentu tidak instan, sebagaimana yang Rachmat pernah rasakan dulu. Awal masuk ke perusahaan, Rachmat muda menjadi asisten direktur utama yang tugasnya membawa dokumen dan siaga di depan pintu ruangan sang direktur. Itulah mengapa ia ingin sang anak merangkak dari bawah dan menghormati karyawan karena merekalah yang bekerja memberi keuntungan bagi perusahaan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yosi Winosa
Editor: Ratih Rahayu

Bagikan Artikel: