Sejak Alibaba meluncurkan aplikasi berbasis VR-AR di jaringan toko Hema-nya, berbagai pelaku industri dari Barat, seperi Amazon, eBay, IKEA, dan Haagen Daas turut menggunakan teknologi VR-AR pada toko mereka. Tujuannya satu, menghadirkan pengalaman interaksi fisik yang tidak bisa didapatkan pelanggan di toko daring. Tren penggunaan VR-AR ini turut diprediksi oleh Goldman Sachs bakal bernilai US$1,6 miliar pada 2025 mendatang, dan digunakan oleh 32 juta pengguna.
Adopsi aplikasi VR-AR tidak dapat dimungkiri telah meningkatkan minat dan daya tarik pelanggan, sebagaimana terlihat pada Single Day 11 November 2017 lalu saat Alibaba mencatat penjualan terbesarnya dengan nilai yang mencapai US$25,3 miliar. Saat itu, Alibaba menggunakan teknologi berbasis VR-AR, seperti magic mirror, virtual fitting room, dan catch a cat atau realitas permainan augmented mirip dengan Pokemon Go. Lewat catch a cat, keluarga dan teman-teman akan pergi keluar bersama-sama untuk menangkap kucing virtual dalam mal, yang belakangan diadopsi oleh Mac Kosmetik, KFC, dan Pizza Hut.
Sementara dengan magic mirror, pembeli dapat menggunakan kaca layar sentuh dan menekan berbagai pilihan produk (warna, bentuk, ukuran) untuk melihat bagaimana mereka akan terlihat tanpa benar-benar mencoba. Teknologi ini sudah diadopsi oleh Amazon dan Maybelline untuk produk lipstik mereka. Dengan virtual fitting room, toko daring bisa menghadirkan ruang ganti selayaknya toko ritel fisik.
Di zaman peralihan dari toko luring ke daring, bahkan saat ini sudah bergeser ke zaman offline to online (O2O) seperti yang dilakukan Alibaba dan Amazon dengan mendirikan toko fisik, teknologi VR-AR memainkan peranan sangat penting. Supermarket Hema milik Alibaba saat ini hadir secara fisik di kota Ningbo, Hangzhou, Guiyang, Shenzhen. Di supermarket fisik Hema, konsumen bisa mendapatkan informasi produk dengan cara memindai barcode pada produk dengan aplikasi Hema, kemudian bisa langsung melakukan pembelian dengan Alipay. Teknologi ini juga diterapkan di toko ritel lain yang menjual merek Alibaba, seperti Tmall dan Taobao.
Lewat Hema, pelanggan tidak hanya bisa mendapatkan informasi tentang produk, namun juga dapat memesan bahan makanan di rumah atau di kantor dan akan dikirim dalam waktu 30 menit, selama alamat mereka berada dalam radius tiga kilometer dari toko. Meskipun kompetitor seperti Amazon membeli Whole Foods yang memiliki banyak konsumen di Amerika Utara, Hema sebenarnya telah melakukannya beberapa tahun sebelumnya.
Alastair Sim, VP Global Marketing-Asia Pacific SAS, mengamini penggunaan VR-AR tersebut, apalagi jika dikombinasikan dengan analitik dan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) seperti yang dilakukan Alibaba dapat memberikan pengalaman pada pelanggan.
“Dengan cara ini, mereka bukan sekadar menganalisis jumlah pengunjung toko, sistem tersebut menganalisis hal apa yang dicari oleh pelanggan, apa yang mendorong mereka untuk membeli, bahkan bagaimana dan kapan dapat menghubungi pelanggan, dan tawaran apa yang tepat untuk ditawarkan sehingga dapat menciptakan pemasaran melalui saluran yang terfokus pada target,” kata dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Yosi Winosa
Editor: Ratih Rahayu
Tag Terkait: