Utang membuat kerja jadi semangat! Mungkin itu ungkapan yang sering kita dengar. Memang benar, dengan adanya utang maka kerja seseorang akan menjadi lebih semangat supaya bisa membayar utang tersebut. Mau tidak mau, punya atau tidak punya, Anda harus tetap membayar kewajiban untuk melunasi utang.
Jika membahas soal utang yang baik dan buruk, kita akan berbicara mengenai penggunaan utang tersebut untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan. Bagaimana dengan Anda? Takut berutang atau melakukan utang sudah menjadi kebiasaan?
Idealnya, kita tidak mempunyai utang. Apabila kita bisa memanfaatkan utang dengan bijak, utang bisa menjadi salah satu cara untuk mencapai tujuan finansial kita. Dalam ilmu perencanaan keuangan, utang bukanlah sesuatu yang buruk. Utang dibagi menjadi dua yaitu utang produktif dan utang konsumtif.
Utang Produktif
Utang produktif adalah utang yang dimanfaatkan untuk kegiatan produktif dan bisa menciptakan nilai tambah misalnya untuk modal usaha, laba dari usaha bisa digunakan untuk membayar cicilan utang. Meskipun utang sudah lunas tetapi usaha terus berjalan. Contoh kedua adalah utang yang digunakan untuk menyicil KPR. Kenapa cicilan KPR termasuk utang produktif? Karena rumah adalah salah satu jenis investasi jangka panjang dan dapat menambah aset kita yang mana nilainya semakin lama semakin naik.
Utang Konsumtif
Sebaliknya, utang konsumtif adalah utang yang tidak menambah nilai produktif dan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif. Contohnya, Anda mengajukan pinjaman ke bank untuk cicilan membeli mobil. Membeli mobil hanya sekedar suka atau hobi otomotif saja. Biasanya, masyarakat menilai mobil adalah salah satu aset padahal tidak karena nilai jual mobil semakin lama semakin menurun.
Apakah utang menjadi sangat menakutkan? Jawabannya iya bila kita tidak tahu aturan mainnya. Apa saja aturan yang harus diperhatikan dalam berutang?
1. Apabila berutang maka total utang janganlah lebih 30% dari penghasilan Anda. Pada saat utang Anda memasuki rasio lebih dari 30% maka itu pertanda cash flow keuangan Anda tidak sehat.
2. Gunakan kartu kredit untuk memudahkan transaksi, gunakan juga promo-promo yang berlaku misalnya promo cicilan 0%. Sebelum menggesek atau menggunakan kartu kredit pastikan Anda sudah mempunyai dana untuk membayar tagihan tersebut.
Lantas, bisakah utang konsumtif berubah menjadi utang produktf? Bisa saja, misalnya kita kredit untuk membeli gadget. Dalam hal ini gadget termasuk utang konsumtif tetapi jika digunakan untuk bekerja dan dapat menghasilkan uang maka bisa jadi berubah menjadi utang produktif karena labanya bisa digunakan untuk membayar cicilan gadget tersebut.
Kebanyakan yang terjadi adalah utang konsumtif lebih banyak dibandingkan utang produktif. Tawaran kartu kredit, diskon belanja, semuanya menggoda setiap orang untuk mengambil utang konsumtif yang belum tentu bisa menambah aset dan yang ada justru menyulitkan kehidupan. Mungkin sepintas kita merasa dengan utang tersebut dapat dengan cepat mendapatkan barang yang diidam-idamkan namun coba pertimbangkan lagi apakah Anda membelinya memang benar-benar membutuhkannya atau hanya sekedar menginginkannya.
Janganlah kita memaksakan untuk memiliki barang yang belum tentu kita butuhkan apalagi penghasilan belum cukup untuk memiliki barang tersebut. Yang terpenting saat berutang produktif maupun utang konsumtif adalah bijak dan disiplin dalam membayar cicilannya. Perbedaan utang produktif dan utang konsumtif bukan terletak pada jenis produk tetapi terletak pada fungsi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: