Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Kartika Wirjoatmodjo menilai Bank Indonesia (BI) harus merespons rencana kenaikan suku bunga AS Fed Fund Rate (FFR) yang lebih cepat pada tahun ini sebanyak 3-4 kali. Hal ini untuk mengurangi dampak ekonomi global yang terus menekan nilai tukar rupiah.
Untuk diketahui, Bank Sentral AS The Federal Reserve (The FED) diyakini akan melanjutkan kembali kenaikan FFR pada Juni mendatang setelah sebelumnya naik 25 basis poin di Maret 2018. Dengan demikian, saat ini FFR berada pada kisaran 1,5 hingga 1,75 persen.
Kartika mengatakan, BI Indonesia harus merespons hal tersebut dengan melakukan penyesuaian suku bunga acuannya BI-7day Reverse Repo Rate (BI-7day RR Rate) yang saat ini masih berada di level 4,25%.
"Jadi, kami melihat FFR naik ini kan. Nah, yang ekspetasinya apakah BI akan mengikuti kenaikan FFR? Menurut kami, dalam suatu kuarter ke depan, BI harus merespons dengan kenaikan suku bunga," ujar Kartika di Jakarta, Selasa (24/4/2018).
Dia mengatakan, BI tak perlu khawatir bila perbankan ikut melakukan kenaikan suku bunga kredit dan deposito apabila bank sentral menaikkan suku bunga acuannya. Hal ini lantaran permintaan kredit perbankan masih lemah sehingga bank tidak serta-merta melakukan penyesuaian kenaikan suku bunga acuan BI.
"Jadi, harus dalam jangka menengah BI harus merespons dengan meyesuaikan suku bunga," ungkap Tiko, sapaan akrab Kartika.
Menurutnya, jika BI tidak menaikkan suku bunga dalam jangka menengah dikhawatirkan arus modal keluar dari pasar keuangan Indonesia bisa semakin besar. Investor juga akan lebih tertarik pada imbal hasil obligasi pemerintah di negara-negara yang menaikkan suku bunganya seperti di Amerika Serikat, yakni Treasury Bill, ketimbang Indonesia.
"Kekhawatiran kami lebih ke kondisi pasar. Jika terkait kinerja bank, belum terpengaruh karena sebagian besar debitur sudah melakukan lindung nilai," kata Tiko.
Data JISDOR BI menyebutkan nilai tukar rupiah pada hari ini, Selasa (24/4/2018), berada di level Rp13.900 per dolar AS. Posisi ini jauh lebih lemah ketimbang Jumat (20/4/2018) kemarin yang berada pada Rp13.804 per dolar AS.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fauziah Nurul Hidayah