Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ridwan Kamil Jawab Keluhan Nelayan Indramayu

Ridwan Kamil Jawab Keluhan Nelayan Indramayu Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Warta Ekonomi, Indramayu -

Nelayan di Desa Dadap Indramayu mengeluhkan persoalan abrasi, pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Perusakan itu mencapai antara 15-20 meter. Mereka berharap Kandidat Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil (Emil) dapat membuat program untuk menahan abrasi. 

"Garis pantai sudah hilang karena terkikis abrasi, bahkan abrasi sudah mendekati pemukiman warga. Kami ingin Pak Ridwan Kamil dapat membantu nelayan membuatkan tanggul penahan abrasi atau program yang lain untuk mengurangi abrasi," kata Kasiwan, warga setempat saat dialog dengan Kang Emil, sapaan akrab Wali Kota Bandung, di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Desa Dadap, Indramayu, Rabu (25/4/2018).

Selain abrasi, nelayan juga mengeluhkan soal budidaya garam yang menjadi potensi desa itu, tapi masih dikelola secara konvensional sehingga kurang berkembang.

"Kalau tidak ada matahari, maka kami tidak produksi garam. Kami ingin Pak Ridwan Kamil bawa teknologi ke desa kami, agar garam bisa diproduksi terus tanpa harus mengandalkan matahari dan tanpa membutuhkan lahan yang banyak," kata Yudi, guru honorer yang juga petani garam. 

Menurut dia, para pelaku petani garam, kebanyakan para nelayan tua yang sudah tidak sanggup lagi melaut. Mereka tergabung dalam UKM petani garam, namun  usahanya kurang berkembang, karena terkendala  modal yang tidak sedikit. "Kami juga ingin Pak Ridwan memberikan bantuan modal untuk petani garam," ujar Yudi. 

Menjawab persoalan tersebut, Kang Emil menyatakan, nelayan di Desa Dadap  Indramayu sejak beberapa  tahun ke belakang mengalami  krisis ekologis yaitu  abrasi, sehingga rumah nelayan terancam tergerus air laut. 

"Saya kira ini harus jadi prioritas tapi pasti nggak murah karena meng-cover belasan kilometer anti abrasi ini membutuhkan dana besar," kata Emil.

Menurut dia, jika APBD tidak cukup harus bantu melobi ke Pusat untuk memastikan peradaban nelayan d sini tidak terganggu.

Terkait persoalan garam yang menjadi potensi desa ini adalah masalah  kurang modal dan teknologi dan pengelolaan bisnisnya. Untuk itu, pasangan Rindu, kata Emil, punya program satu desa, satu perusahaan. Hal ini untuk memberdayakan nelayan yang sudah sepuh yang sekarang aktif sebagai petani garam, bisa tetap berpenghasilan dengan bisnis ikan asin dan produksi garam. 

Emil menjelaskan, modal untuk program satu desa satu perusahaan akan didukung oleh kredit mesra (Mesjid Sejahtera), yakni kredit, tanpa bunga, tanpa agunan, dengan nilai pinjaman maksimal Rp30 juta. Program ini bekerja sama dengan BPR. 

"Warga yang mau pinjam tinggal datang ke mesjid, minta rekomendasi ketua DKM," ucap Wali Kota Terbaik 2017 versi Kemendagri ini. 

Kang Emil mengungkapkan, konsep warga desa Mandiri di Cirebon. Menurut dia, warga di desa itu mengumpulkan sampah plastik, dicacah, lalu dijual. Dari penjualan cacahan plastik itu, mereka mengantongo pendapatannya sekitar Rp2 juta-Rp 3 juta. 

"Nah, di Desa Dadap ini juga harus ada kegiatan bisnis yang mensejahterakan warga desa. Sehingga Orang desa tidak harus urbanisasi ke kota, karena desa memberikan pekerjaan dan penghasilan yang tidak kalah dengan orang kota," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: