Meski tergolong bisnis sosial yang masih muda, Du'Anyam, UKM kerajinan anyaman yang dibangun oleh seorang pemuda bernama Ayu Azalea bersama partnernya Hanna Keraf, Melia Winata, dan Zona Ngadiman memiliki kurang lebih 500 ibu dan wanita penganyam dari 20 desa di NTT. Angka tersebut merupakan buah keringat mereka selama 4 tahun terakhir. Para ibu dan wanita di NTT kini sudah memiliki pendapatan lebih selain berkeringat di ladang pertanian. Di sela waktu atau dalam kondisi mengandung, mereka dapat menambahkan penghasilan dengan menganyam.
Berbekal 16 pengrajin di tahun 2013, Ayu dan temannya terus melakukan inovasi serta mengedukasi para penganyam agar kualitas produk yang dihasilkan tetap terjaga. Dari 16 ibu-ibu pertama yang bergabung, hampir semuanya menginjak usia 40 tahun ke atas dan kini semakin banyak perempuan muda menjadi pengrajin Du'Anyam.
"Semakin banyak perempuan muda yang ikut. Walaupun tidak bisa menganyam, justru kita lebih senang. Kita ajarkan keahlian dasar ke mereka. Selain memberdayakan perempuan, in a way kita membantu pelestarian budaya," ungkap Hana.
Dengan keberadaan Du'Anyam, perlahan keadaan ekonomi para ibu pengayam juga mengalami perbaikan.
"Setelah penjualan pertama kami di bulan September 2015, peningkatan ekonomi ibu dan wanita cukup meningkat. Dari yang sebelumnya hanya bertani dengan pendapatan per tahun sekitar enam sampai delapan juta rupiah, kini para ibu dan wanita bisa mendapat Rp100 ribu sampai Rp200 ribu per minggu," tuturnya.
Tidak berhenti sampai di situ. Sebagian hasil dari penjualan produk pun digunakan untuk memperbaiki dan memenuhi kebutuhan pangan sehat para ibu dan anak.
"Sebagian pendapatan mereka disisihkan untuk membangun kandang ayam, contohnya. Itu bertujuan untuk memberikan nutrisi protein dari telur kepada para penganyam," jelas Ayu.
Perubahan lain yang dilihat seiring berjalannya Du'Anyam adalah perilaku para ibu yang kini mulai berubah. Mereka mulai berani bersuara karena sudah bisa lebih mandiri dan mendapat penghasilan lebih.
"Kita lihat dari beberapa kasus, ibu-ibu kita sekarang jadi lebih percaya diri, lebih bisa mengambil keputusan untuk anak-anaknya yang sebelumnya dipegang penuh oleh suaminya," kata Ayu.
Saat ini ada 2 proyek yang dijalankan Du'Anyam, yakni proyek bisnis dan sosial, begitu mereka menyebutnya. Untuk sosial, mereka sedang menjalankan program peningkatan gizi untuk para ibu dan wanita yang menganyam. Jika mereka menganyam di Du'Anyam, sebagian pendapatan mereka akan disisihkan untuk pembangunan kandang ayam. Kemudian, mereka juga berkolaborasi dengan program pemerintah, seperti tabungan bersalin maupun pemberian makan tambahan.
Sementara untuk proyek bisnis, Ayu dan teman-temannya sedang memikirkan ekspansi ke daerah lain untuk produk anyamnya. Tiga provinsi sudah dimulai digarap pada 2018 ini, yaitu Papua, tepatnya di Kabupaten Nabire; Kab. Beurau di Kalimantan Timur; dan Kab. Sidoarjo di Jawa Timur. Du'Anyam pun bekerja sama dengan pihak lain untuk memperluas jaringan hingga ke Lombok.
"Dengan ekspansi ke daerah lain, kita akan punya hasil produk yang berbeda juga. Produk kita akan lebih banyak, enggak cuma daun lontar," ungkapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ning Rahayu
Editor: Fauziah Nurul Hidayah
Tag Terkait: