Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

[Seri BEI] Sepak Terjang Sang Petahana, Tito Sulistio

[Seri BEI] Sepak Terjang Sang Petahana, Tito Sulistio Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Masa jabatan para direksi PT Bursa Efek Indonesia (BEI) akan berakhir pada bulan Juni 2018. Rencananya, pada 25 Juni 2018, pengangkatan direksi BEI akan disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Baru-baru ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengumumkan empat paket calon direksi BEI untuk periode 2018-2021. Petahana Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio, menjadi salah satu nama yang maju.

Nah, untuk mengetahui sepak terjang Tito, yuk, simak ulasan berikut.

Perjalanan Karier Tito Sulistio

Lelaki kelahiran Bogor, 5 Juli 1955  ini berhasil merampungkan studi doktoralnya di UPH dengan disertasinya yang berjudul "Privatisasi Kerakyatan". Uniknya, Tito diwisuda pada Sabtu (13/6/2015), selang beberapa jam setelah pengumuman OJK bahwa dirinya didaulat sebagai Dirut BEI menggantikan Ito Warsito. Sebelumnya, Tito menempuh studi sarjana di Jurusan Ekonomi, Universitas Indonesia pada 1982. Sementara itu, gelar master diperolehnya dari Institute d'Enseignment Superieur Lucier Cooremans, Brusells, Belgium, pada 1986.

Sederet pengalaman di otoritas pasar modal, asosiasi, maupun emiten mewarnai perjalanan karier lelaki penyuka motor antik ini. Setelah lulus sarjana, Tito bekerja sebagai Koordinator Marketing di PT 3M (Minnesota, Mining and Manufacturing) Indonesia.

Setelah setahun, Tito memutuskan hijrah ke industri barang-barang konsumsi dengan menjadi Senior Brand Manager Food & Drinks PT Unilever Indonesia Tbk. Di emiten berkode saham UNVR itu, Tito bekerja selama 6 tahun, yakni pada 1983-1989.

Pada akhir era 80-an, Tito putar haluan dan berlabuh di Penta Group (Pentasena Arthasentosa, Warta Arta, Money Broker). Di Penta Group, Tito diaulat sebagai CEO. Setahun menjabat sebagai bos Penta Group, karier Tito kian gemilang.

Sembari menjabat sebagai CEO Penta Group pada periode 1989-1994, Tito menjadi pengajar di Institute Management Finance and Accountancy pada 1990-1991. Tidak hanya itu, dia juga duduk sebagai anggota Preparatory Committee of MoF (Forming the Jakarta Stock Exchange) pada 1990-1991 sekaligus anggota Asia Pacific Capital Market Study, conducted by Arthur Anderson International.

Tito mulai memasuki dunia pasar modal pada 1992 dengan menjabat sebagai komsisaris di PT Bursa Efek Jakarta hingga 1994. Di saat bersamaan, dia menduduki kursi ketua Jakarta Broker Club, Wakil Ketua Asosiasi Penjamin Emisi Indonesia (KPEI), Komisaris PT Kliring Deposit Efek Indonesia (KDEI), sekaligus komisaris PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Tito juga menjabat sebagai komisaris Bursa Paralel Indonesia (BPI) pada 1993-1994.

Periode berikutnya, dia didapuk sebagai direktur utama BPI. Lepas dari semua jabatan itu, pada 1995-1998 dia menjabat sebagai direktur utama Bursa Efek Surabaya. Ketika tengah menjabat di BES, Tito juga menjadi Direktur Keuangan PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk tepatnya pada 1995-1999. Pada periode yang sama, dia bergabung ke dalam perusahaan milik keluarga Cendana, Siti Hardianti Rukmana, PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia sebagai managing director.

Tepat pada era milenium, Tito mendirikan perusahaan media cetak PT Media Investor On Line, dan menjadi direktur utama. Setelah bertahan selama 2000-2003 di Media Investor, Tito bergabung dengan group konglomerasi milik Hary Tanoesoedibjo dengan menjabat sebagai CEO PT Media Nusantara Citra Networks pada 2004-2007. Lengser sebagai CEO, Tito menjabat sebagai komisaris PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) pada 2007-2009.

Sebelum mencalonkan sebagai Dirut BEI pada periode 2015-2018 lalu, Tito menduduki kursi jabatan di lima perusahaan berbeda, di antaranya, Komisaris PT Mitra International Resources Tbk, Wakil Direktur Utama PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP). Tito juga menjabat sebagai Komisaris BUMD Jawa Barat PT Jasa Sarana, Dirut PT Gerai Motor Terpadu-Triumph Motorcycles Exclusive Official Dealer Jakarta, dan Dirut Magenta Kapital Indonesia.

BEI di Bawah Nakhoda Tito

Melihat deretan panjang pengalaman karier Tito, tak heran jika BEI mendulang prestasi selama dinakhodai olehnya. Sepanjang 2017, pasar modal mencatatkan prestasi gemilang. Pada penutupan perdagangan akhir tahun 2017, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa dengan naik 41,61 poin atau 0,66% ke 6.355,65. 

Pada tahun itu, frekuensi perdagangan di pasar modal juga naik 20% sehingga menjadikan pasar modal Indonesia lebih likuid dari bursa lainnya di ASEAN. Sementara 37 perusahaan yang tercatat di pasar modal sepanjang tahun 2017 rata-rata oversubsribe 2.2 kali.

Berdasarkan survei AC Nielsen, literasi pasar modal meningkat dari 4,3% di 2016,menjadi 15% di 2017. Peningkatan ini salah satunya dihasilkan dari Kampanye Yuk Nabung Saham yang terus digalakkan oleh BEI sejak tahun 2015.

Selama dua tahun kepemimpinan Tito Sulistio, Bursa Efek Indonesia mencetak rekor  nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp6.295.463 triliun. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat rekor tertinggi di 5.757,43. Jumlah investor juga naik 44% dalam 2 tahun terakhir.

Di samping memberikan keuntungan bagi investor domestik, pasar modal juga memberikan keuntungan bagi investor asing. Tercatat, investasi asing di tahun 2016 sebesar Rp1.691 triliun naik menjadi Rp1.958 triliun di 2017.

Aktivitas perdagangan di BEI juga mengalami peningkatan yang tercermin dari kenaikan rekuensi perdagangan yang tumbuh hampir 20% dan menjadikan likuiditas perdagangan saham BEI lebih likuid di antara bursa-bursa lainnya di kawasan regional Asia. 

Pada saat yang sama, jumlah dana yang berhasil dihimpun juga mencapai nilai tertinggi sepanjang sejarah, yakni mencapai lebih dari Rp802 triliun, yang berasal dari IPO, penerbitan penambahan saham baru (rights issue), konversi waran, sekuritisasi aset dan penerbitan obligasi pemerintah, BUMN maupun swasta.

Penghargaan yang Diraih BEI dan Tito

Pada tahun 2017 pula, BEI meraih penghargaan Best Companies To Work in Asia 2017 dari HR Asia. Penghargaan Best Companies To Work in Asia 2017 dari HR Asia didasarkan pada hasil survei terhadap karyawan mengenai perusahaan dan tingkat kepuasaan kerja di masing-masing perusahaan.

Penghargaan tersebut diberikan lantaran BEI berhasil memperbaiki posisinya sebagai perusahaan yang layak dijadikan tempat bekerja, dari posisi 21 menjadi urutan ke-12 dari beberapa perusahaan di Asia.

Sebelumnya, Bursa Efek juga mencatat beberapa penghargaan, yakni sistem manajemen keamanan informasi ISO 27001:2013 sejak 2015. Bursa Efek Indonesia juga diganjar penghargaan The Best Supporting Institution of The Year 2016 oleh Global Islamic Finance Award.

Pada Februari 2018, petahana Dirut BEI ini terpilih sebagai penerima anugerah apresiasi karya alumni UI di bidang pasar modal. Penghargaan tersebut diberikan untuk Tito karena Iluni UI (Ikatan Alumni Universitas Indonesia) menilai Tito berhasil membawa BEI mencapai indeks tertinggi sepanjang sejarah selama masa kepemimpinannya.

Program Kerja yang Diusung Tito

Sejak OJK melakukan uji kelayakan atau fit and proper test terhadap empat calon paket direksi Bursa Efek Indonesia periode 2018—2021, empat paket calon sudah memaparkan program kerja yang akan dilakukan bila terpilih menjadi petinggi di lembaga itu.

Meski demikian, Tito Sulistio masih belum bersedia mengungkapkan program baru yang akan dihadirkan di pasar modal. Sebagai Dirut BEI dalam 3 tahun terakhir dan berstatus sebagai petahana, dia hanya mengatakan akan meneruskan seluruh program yang saat ini berjalan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ratih Rahayu
Editor: Ratih Rahayu

Bagikan Artikel: