Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Cerita CEO Razer Membangun Perusahaannya untuk Para Gamer

Cerita CEO Razer Membangun Perusahaannya untuk Para Gamer Kredit Foto: Inc.com
Warta Ekonomi, Jakarta -

Min-Liang Tan adalah salah satu pendiri dan CEO Razer, sebuah perusahaan yang memproduksi perangkat keras, perangkat lunak, dan layanan untuk para gamer. Razer menjual lebih dari setengah miliar dolar produk di tahun 2017 saja dan memiliki lebih dari 50 juta pengguna di platform perangkat lunaknya. Seperti yang dilansir dari Inc.com, Tan mengatakan sebagai seorang pengusaha, dalam banyak hal, menyerupai bermain video game yang canggih. Ini membutuhkan pilihan yang sulit - cepat, teratur, dan dengan informasi yang tidak lengkap.

Saat masih kecil, Tan diajak ayahnya untuk bermain video game pertama kalinya di Singapura dan ayahnya membeli komputer apple II. Saat itu ia mulai tertarik dengan dunia gaming. Namun, seperti mind set pada umumnya, orang-orang selalu melarang anaknya untuk bermain game terlalu sering karena pemborosan waktu. Padahal ada sebagian anak yang merasa begitu damai saat bermain video game.

“Saya tumbuh dengan bermain game seperti Lode Runner dan Rescue Raiders di komputer monokrom. Saat ini, saya bermain PUBG (Playerunknown's Battlegrounds), Clash Royale di ponsel saya, dan They Are Billions and Civilizations 6 di PC. Perasaan bermain video game persis sama seperti saat ini; menyenangkan, sangat imersif, dan menarik,” kata Tan.

Tan membangun manajemen dalam Razer sama seperti bermain video game. Berjuang menjalankan misi dengan berbagai macam usaha. Apabila kehabisan senjata, ia harus mengambil kembali untuk digunakan dan sebagai cadangan.

Mudahnya begini, Tan memiliki strategi jika tidak bisa masuk ke pasar AS dengan cara ini, kita akan mencoba cara lain. Jika tidak bisa masuk ke pasar Cina dengan cara ini, kita akan "beralih senjata," kita akan "meningkatkan" pemasaran kita.

Menurutnya, terkadang strategi harus diubah karena Anda memiliki pesaing yang berbeda di sisi lain. Anda harus membuat keputusan yang sangat cepat dan berkomitmen tanpa informasi lengkap. Anda mempelajari proses saat Anda mencobanya lagi dan lagi. Jadi jika Anda gagal sekali, Anda mendapatkan lebih banyak informasi dan mencari tahu cara lain. Atau Anda memutar strategi Anda dengan sangat cepat, ketika Anda menyadari strategi tertentu tidak berfungsi.

“Saya terus bermain game untuk tetap berhubungan dengan para gamer muda hari ini. Saya bisa bermain League of Legends atau Arena of Valor dengan seseorang yang tiga puluh tahun lebih muda. Ini memberi saya wawasan bagaimana saya dapat melayani generasi gamer selanjutnya dengan lebih baik,” jelas Tan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Bagikan Artikel: